Ringgo: Salat Id di Bali Terasa seperti Salat Jumat

pada 125 tahun lalu - by

Aktor Ringgo Agus Rahman ikut merasakan mudik di Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Bintang Jomblo itu mengatakan, ia merayakan Lebaran di kampung halaman sang istri, Sabai Dieter Morscheck di Sanur, Bali setelah mengunjungi kota kelahirannya di Bandung, Jawa Barat.

"Ini sudah mudik ke tempat mertua di Bali dari tanggal 10 Juni kemarin. Tapi sebelumnya sempat ke Bandung dulu dari tanggal 7 Juni, merasakan dulu pulang ke rumah keluarga gue," kata Ringgo saat dihubungiCNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Menurut Ringgo, ia dan istrinya sepakat untuk mudik secara bergantian setiap tahunnya. Tahun lalu, mereka menghabiskan waktu libur Lebaran di Bandung. Tahun ini waktunya Bali.


Meski 'judulnya' mudik, Ringgo memilih melakukannya jauh-jauh hari sebelum Lebaran agar anaknya, Bjorka Dieter Morscheck yang masih balita tetap nyaman di perjalanan.

"Dulu sebelum [menikah], gue mudik ke Bandung H-2 atau H-3, kena macet. Waktu kecil mudik ke Sumatera, ke tempat nenek juga begitu. Sekarang gue udah punya anak enggak tega ngeliat anak gue harus macet-macetan, dia masih kecil sekali untuk merasakan itu," tuturnya.

Tak hanya saat berangkat sang aktor 35 tahun memilih waktu yang nyaman untuk Bjorka. Rencana pulang ke Jakarta pun ditunda sampai setelah arus balik selesai.

[Gambas:Instagram]

"Ini sudah gue rencanakan dari awal, dan kerjaan juga diatur supaya tidak terlalu ribet, jadi sekalian liburan sih di sini," ujar Ringgo melanjutkan.

Pengalaman Salat Id di Bali

Ini sudah menjadi kali kedua Ringgo sekeluarga berlebaran di Bali. Pada 2016, saat pertama lebaran di sana, Ringgo langsung menemukan kesan tersendiri. Apalagi Bali bukan merupakan daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Saat Salat Id, ia merasa berbeda.


"Gue baru sekali merasakan solat Id di Bali, itu dua tahun lalu. Jujur, yang gue rasakan salat Id di sini kayak Jumatan. Enak sih, maksudnya kita kan bukan mayoritas di sini, jadi enaknya mereka juga sangat menghargai, toleransinya terasa sekali," katanya.

Dia menambahkan, "Yang salat di sini rata-rata turis, soalnya orang Muslim yang tinggal di Bali juga pada mudik ke kampungnya. Jadi kayak ketemu orang yang memang liburan aja."

Selain itu, tradisi bersilaturahmi saat Lebaran pun ,

"Pada saat di Bandung dan Sumatera, orang pada ke tetangga. Kalau ini kayak ada ke tetangga tapi cuma sebentar banget, enggak seheboh di Bandung, seharian keliling. Di sini kayak 'Udah deh, lo mau makan apa di mana, pilih tempat makan enak,'" tuturnya.

Meski begitu, ia tetap bisa merasakan toleransi antarumat beragama yang kental. Menurutnya, masyarakat Bali pun ikut bergembira dengan adanya perayaan Lebaran. Beberapa tetangganya bahkan memberi suguhan khas Lebaran kala bersilaturahmi.

Namun itu bukan satu-satunya keuntungan yang dirasakan Ringgo saat merayakan Lebaran di Bali. Dengan 'kabur' ke Pulau Dewata, ia jadi tak harus pusing menyiapkan banyak THR atau angpau untuk anak-anak. "Di sini dikit, enggak ada anak kecil datang ke rumah, jadi gue aman sih Lebaran di sini,"

Ia membandingkan, saat berlebaran di Bandung tahun lalu, ia harus menyiapkan uang pecahan kecil dengan menukarnya ke bank sejak sebelum Hari Raya. "Pecahan Rp10 ribu hingga Rp50 ribuan, nah ini ke Bali sepi jadi langsung rencana mau makan di mana habis solat."

Bapak satu anak itu melanjutkan, "Asli suasananya kayak liburan."

Berita Terkait