Rumah Adat Suku Sasak, Bangunan Anti Guncangan Gempa

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Rentetan gempayang mengguncang Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selama dua pekan terakhir meluluhlantakkan puluhan ribu rumah dan bangunan. Namun ada segelintir tempat di Lombok yang bisa dikatakan tak terpengaruh guncangan gempa.

Tempat itu adalah kampung adat suku Sasak yang tersebar di beberapa titik di Lombok.

Setidaknya ada enam kampung adat yang tersebar di Lombok. Namun kami hanya sempat mendatangi dua lokasi yakni Kampung Sasak Sade dan Kampung Sasak Ende. Keduanya terletak di Kabupaten Lombok Tengah.

Kampung Sasak Sade merupakan kampung adat tertua di Lombok Tengah. Rumah-rumah di sana diperkirakan berdiri sejak 1089 M.

Dahulunya permukiman ini berawal dari lima buah rumah, namun saat ini sudah berjumlah 150 rumah yang dihuni 150 keluarga atau sekitar 700 orang.

Hal yang istimewa dari rumah adat ini adalah materi pembentuknya terdiri dari bahan baku alami. Ilalang kering untuk atap, bambu sebagai dinding, tanah liat untuk lantai, serta kotoran sapi untuk memperkokohnya.

Seorang warga asli Kampung Sade, Mardun (32), mengatakan komposisi rumah adatnya itu menjadi formula unggulan terhadap guncangan gempa.

"Gempa yang paling terasa waktu Minggu malam itu, tapi seperti bisa dilihat rumah kami tak apa-apa," ujar Mardun yang kesehariannya bertugas sebagai pemandu wisata di kampung Sade, Kamis (9/8).

Sejak gempa terjadi di Lombok pada 26 Juli hingga yang terbesar pada 5 Agustus yang lalu tak sedikit pun ada kerusakan di permukiman tersebut.

Struktur rumah yang tak lazim untuk standar modern ini, ternyata ampuh menjauhkan penduduk kampung dari potensi bahaya gempa.

Hal serupa tampak di Kampung Sasak Ende, Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Kampung adat ini berjarak tak sampai satu kilometer dari Kampung Sade.

Struktur dan bentuk rumah di sana pun sama. Bedanya, populasi di Kampung Ende jauh lebih sedikit ketimbang di Sade.

Seorang tokoh pemuka di Kampung Ende, Tamat (42), menceritakan kampungnya secara fisik tak terpengaruh sama sekali dengan gempa yang terjadi. Menurut Tamat salah satu penyebabnya adalah kayu pasak yang berfungsi sebagai pilar rumah.

Seorang anak di kawasan rumah adat suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)


"Kayu ini kira-kira tingginya 3 meter, tapi 2 meternya masuk ke dalam tanah," ujar Tamat.

Mengkhawatirkan orang lain

Kombinasi antara lokasi yang agak jauh dari titik gempa, serta struktur bangunan yang tahan guncangan membuat warga di kedua kampung itu mengkhawatirkan orang lain.

Mardun mengaku kadang masih ada tetangganya yang refleks keluar rumah ketika gempa mengguncang. Namun setelahnya mereka lebih khawatir dengan saudaranya yang tinggal di luar kampung.

"Kami lebih panik karena ada yang saudara yang tinggal di luar (kampung) yang rumahnya sudah modern," kata Mardun.

Menurut Mardun beberapa saudaranya yang tinggal di luar kampung adat, kini terpaksa tidur di depan rumah karena khawatir bahaya gempa susulan.

Rasa iba juga terbersit dari Kampung Ende bagi warga Lombok yang terkena dampak parah gempa.

Tamat berkata warga kampungnya berniat mengumpulkan beras untuk dikirim ke korban gempa yang membutuhkan terutama di Lombok Utara.

"Kami sedang usahakan setiap keluarga di sini bisa mengumpulkan beras 2 kg untuk dikirim ke sana," ujar Tamat.

Berita Terkait