Salah Kaprah Rating Televisi di Indonesia

pada 5 tahun lalu - by

(Ilustrasi/Pixabay)

Uzone.id- Meski zaman sudah bergerak maju, pemahaman soal rating televisi bisa dikatakan masih jalan di tempat. Dengan kata lain, pengertian soal rating televisi masih banyak yang salah.

Demikian ujar Achjuman A. Achjadi dari Dattabot, salah satu perusahaanbig data, dalam seminar bertemaMengupas Televisi Rating di Indonesiaoleh Inrate, di Jakarta, Selasa (13/11/2018).

Kemudian muncul pertanyaan, apa yang sebenarnya diukur oleh rating televisi?

Baca:Mengenang Stan Lee dan Peran Cameonya di Film Marvel

Achjuman mengatakan bahwa kebanyakan orang, khususnya pelaku industri televisi, hanya melihat rating sebagai angka. Dan seolah-olah angka dari rating menentukan program itu bagus atau tidak.

“Padahal rating televisi hanya mengukur data kepermisaan. Tidak mengukur apa-apa lagi, hanya mengukur kapan televise menyala, mati, danchannelapa yang ada,” ujar Achjuman.

Jadi tidak ada unsur suka atau tidak suka, atau kualitas dalam rating televisi. Rating televisi bisa dikatakan sebagai pola menonton dari satu stasiun televisi.

Baca:Sempat Syuting Sebelum Meninggal, Stan Lee Dipastikan Tampil di Avengers 4

“Dan (itu) angkanya rata-rata, bukan kejadian sesungguhnya. Rata-rata itu yang menjadi acuan untuk menentukan program itu bagus atau tidak. Tapi sebenarnya tidak ada hubungan apa-apa di antara rating dan kualitas,” kata Achjuman lebih lanjut.

Jadi rating televisi tidak bisa dipakai untuk menentukan acara itu bagus atau tidak. Rating televisi hanya menentukan jumlah penonton.

Misalnya ada program film dipasang di siang hari dan ratingnya kecil. Sedangkan ketika program tersebut ditayangkan di malam hari, ratingnya tinggi. Mengapa demikian?

Alasanya, orang yang menonton di malam hari lebih banyak sehingga ratingnya naik.

Baca:Film ‘Aruna dan Lidahnya’ Raih Sembilan Nominasi di Piala Citra 2018

“Lalu ada di stasiun televisi mana. Kadang kita terbiasa menonton di satu stasiun televisi. Jadi susah sekali bilang bahwa suatu program disukai kalau melihat dari rating,” ujar Achjuman.

Meski demikian, data dari rating masih bisa dipakai untuk mengetahui satu program itu dilihat berapa lama. Atau berapa banyak penonton yang switching atau mengganti ke stasiun televisi lain.

Di samping itu, Ananto Pratikno,former coutry manager Nielsen Indonesiajuga menekankan bahwa rating itu hanya mengukur siapa yang menonton, bukan kualitas tayangan.