Sapardi Djoko Damono dan Takhayul Angka 7

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising
Penyair Sapardi Djoko Damono mengaku tidak percaya takhayul mengenai angka 7 yang dianggap angka keberuntungan. 
 
Namun, Sapardi berseloroh orang-orang di sekitarnya justru mempercayai hal tersebut hingga akhirnya ia diminta meluncurkan tujuh buku baru bertepatan dengan ulang tahun yang ke-77.
 
“Saya enggak percaya, tapi anak-anak muda percaya angka 7 bagus, makanya mau bikin tujuh buku. Takhayul banget,” canda Sapardi dalam perayaan ulang tahunnya di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (22/3) malam.
 
Tujuh buku yang diluncurkan pensiunan Guru Besar UI ini berupa enam buku puisiAda Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?, Ayat-ayat Api, Duka-Mu Abadi, Kolam, Namaku Sita, Sutradara itu Menghapus Dialog Kita, dan novelPingkan Melipat Jarak, yang merupakan novel kedua dari trilogiHujan Bulan Juni.
 
(Baca juga:Sapardi Djoko Damono: jangan menulis kalau sedang jatuh cinta)
 
Perayaan ulang tahun Sapardi juga dimeriahkan dengan pembacaan puisinya oleh Goenawan Mohamad, Joko Pinurbo, Tina Talisa, Iwan Setyawan, Ni Made Purnama Sari dan Cynthia Hariadi.
 
“Antara Sapardi dan Puisi ada asosiasi, Sapardi adalah penyair paling dikenal dan dicintai,” kata Goenawan Mohamad yang membuka acara tersebut.
 
Iwan Setyawan yang menulis9 Summers 10 Autumnsmembacakan puisiNew York 1971karya peraih SEA-WRITE AWARD dari Thailand pada 1986 itu.
 
Iwan mengaku jatuh cinta pada puisi sejak sekolah dasar berkat karya Sapardi. Ia sampai memasukkan salah satu puisi Sapardi dalam bukunya.
 
“PuisiNew Yorkini langsung merasuk jiwa karena menggambarkan betapa meriahnya New York, betapa sepi New York, betapa bisa menghimpit, bisa penuh cinta dan penuh dusta,” kata pria yang pernah menetap di kota tersebut.
 
(Baca juga:Sapardi Djoko Damono: "Saya akan menulis sampai mati")
 
Tina Talisa mengaku membaca puisi jauh lebih menantang ketimbang membawakan acara di televisi.
 
“Lebih baik saya siaran lama-lama, siaran untuk rekor MURI 41 jam dibandingkan baca puisi,” Tina mengungkapkan kegugupannya sebelum membacakanPerahu Kertas.
 
Pria kelahiran 20 Maret 1940 ini telah menerbitkan sejumlah buku puisi, esai, fiksi, dan drama asli dan terjemahan, sejak 1969. Penghargaan atas pencapaian selama ini telah diterimanya dari Freedom Institute (2003), Akademi Jakarta (2012), dan Habibie Award (2016).
 
Dia juga pernah menerima Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putera (Malaysia, 1984), dan SEA-WRITE Award (Thailand, 1988).
 
Salah satu buku puisi karyanya yang paling terkenal,Hujan Bulan Juni, sampai kini sudah dicetak ulang sembilan kali sejak diterbitkan ulang pada 2013 silam.

Berita Terkait: