Seharian Gunakan Aplikasi, Ini Data Pengguna yang Terbagikan

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

(foto: Pixabay.com)

Uzone.id- Sudah bukan rahasia lagi jika saat ini pengguna Indonesia sudah terhubung dengan Internet dan seharian menggantungkan diri lewat aplikasi. Namun sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak sadar jika aplikasi-aplikasi tersebut telah mendapatkan banyak data pribadi kita.

Berdasarkan survei oleh We Are Social & Hootsuite, rata-rata waktu yang dihabiskan satu pengguna Internet di Indonesia dengan menggunakan berbagai perangkat setiap harinya yaitu sekitar 7 jam dan 59 menit. Selama menjalankan aktivitas sehari-hari di Internet, secara sadar maupun tidak, kita telah membagikan informasi pribadi termasuk profil, aktivitas online, kondisi kesehatan, lokasi, informasi akun keuangan dan lainnya.

Misalnya di pagi hari, saat memesan ojek online. Menurut Mozilla, kita telah secara sukarela membagikan data lokasi, waktu bepergian dan tempat favorit ke aplikasi tersebut. Pun saat berbelanja online, kita membagikan data tentang barang favorit, lokasi, pengeluaran belanja dan informasi akun keuangan.

Dikatakan Mozilla, praktik penggunaan data yang biasa dilakukan oleh perusahaan teknologi adalah menggunakan informasi pribadi pengguna dan menjadikannya aset untuk mengembangkan produk dan layanan digital yang sebenarnya akan berguna bagi pengguna. Oleh karena itu, perusahaan teknologi harus bertanggung jawab untuk menjaga informasi pribadi pengguna.

"Namun, melimpahnya data yang dihasilkan oleh pengguna internet menyebabkan beberapa perusahaan teknologi yang tidak bertanggung jawab berpotensi untuk menyalahgunakan data tersebut," ujar Mozilla dalam keterangannya, Senin, 6 April 2020.

Di Indonesia, kasus penyalahgunaan dan pelanggaran data pribadi bukan merupakan hal baru. Pada 2018, sebuah perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending tertangkap menyalahgunakan data pribadi dan memanfaatkannya untuk menagih debitur dengan cara yang intimidatif.

Pelanggaran privasi data lainnya yang harus kita sadari dan pahami adalah Surveillance Economy, yang merupakan sistem di mana beberapa perusahaan teknologi yang tidak bertanggung jawab menjual informasi pengguna ke pihak ketiga untuk keuntungan pribadi. Perusahaan teknologi tersebut menggunakan data dan informasi mentah dari pengguna dan mengubahnya menjadi behavioural data; beberapa digunakan untuk meningkatkan pelayanan, dan sisanya digunakan untuk memprediksi perilaku pengguna.

"Prediksi-prediksi tersebut selanjutnya dijual ke pihak ketiga. Bagian yang membuat hal ini berbahaya adalah data-data yang dimiliki pihak ketiga tersebut dapat saja digunakan untuk kepentingan propaganda atau hal serupa lainnya yang dapat membahayakan pengguna Internet," kata Mozilla.

Pengembang browser itu pun kini telah memiliki Firefox Personal Data Promise yang berisi prinsip yang dipegang oleh organisasi dan usaha yang dilakukannya untuk menjaga privasi pengguna pada setiap produk yang mereka ciptakan. Yakni,

Penggunaan data seperlunya

Mozilla hanya membutuhkan data yang nantinya digunakan untuk kebutuhan pengguna sendiri. Mozilla memiliki beberapa pertimbangan dalam menggunakan data penggunanya seperti: apakah Mozilla benar-benar membutuhkannya? Untuk apa data ini akan digunakan? Dan kapan Mozilla dapat menghapus data ini?

Menjaga keamanan data

Mozilla berusaha menggolongkan data sesuai kategori, dan memiliki peraturan tegas dalam menyimpan dan menjaga data tersebut secara berkelanjutan. Mozilla selalu mengutamakan privasi penggunanya.

Selalu terbuka

Pemberitahuan Privasi Mozilla terbuka bagi pengguna. Siapapun dapat bergabung dalam rapat mingguan Mozilla. Jika pengguna juga ingin melihat titik data yang dikumpulkan, Mozilla memastikan kode-kodenya terbuka untuk diakses.