Serunya Melancong ke Timor Leste Tanpa Paspor

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Sebelum merdeka pada 2002, Timor Leste merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Praktis sejak saat itu, Timor Lestemenjadi sebuah negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

Meski bisa dijangkau dengan jalur darat, masyarakat Indonesia yang hendak melancong ke Timor Leste harus melalui imigrasi yang letaknya di Motaain, Atambua. Ada bangunan megah yang dijadikan Pos Lintas Batas Negara ini.

Mereka yang hendak menuju Timor Leste bisa dengan berjalan kaki, atau menggunakan kendaraan pribadi. Nantinya mereka akan dicek oleh TNI dari Pos Satgas Pengamanan Perbatasan PLBN Motaain.

Masyarakat Indonesia yang masuk ke Timor Leste harus mengurus Visa on Arrival di Kupang. Biayanya 30 dolar AS atau sekitar Rp 330.000 per orang. Namun, jika Anda ingin sekadar menginjakkan kaki di Timor Leste, datanglah ke petugas dan ajukan permohonan untuk dikawal petugas keamanan perbatasan.

Setiawan, TNI AD yang menemani rombongan Kementerian Kesehatan dan media masuk ke wilayah Timor Leste mengatakan, kami hanya boleh masuk sejauh 5 kilometer dengan mobil plat merah.

"Mobil plat hitam dari Indonesia dan sebaliknya (Timor Leste), tidak diperkenankan melewati perbatasan," kata Setiawan asal Manado, Kamis (4/5/2017)

Tak butuh waktu lama, kendaraan yang kami tumpangi pun memasuki wilayah perbatasan. Sebuah jembatan putih bertuliskan Timor Leste menjadi batas resmi antara kedua negara. Di samping kiri kita bisa melihat pemandangan pantai dan suara deburan ombak yang seakan mengucapkan selamat datang.

Turis maupun pelancong yang melewati jembatan ini tampak menghentikan langkah mereka demi mengabadikan momen berada di negara berbeda. Kami pun tak mau melewatkan momen ini, dengan ikutan berfoto.

Tak jauh dari jembatan ada monumen perbatasan yang dengan tulisan Timor Leste. Lokasi ini juga menjadi spot menarik untuk diabadikan.

Suhu udara yang sangat terik memaksa kami segera meneruskan perjalanan ke wilayah Timor Leste. Pemandangan rumah penduduk dan pepohonan kering yang gersang menjadi santapan mata kami selama perjalanan.

Sekitar sepuluh menit kemudian, sampailah kami di sebuah benteng yang bertuliskan bahasa portugis. Di sinilah batas terakhir para pelancong tanpa visa diperbolehkan untuk menginjakkan kaki di Timor Leste.

Jika Anda merasa haus, ada beberapa warung di sisi kiri jalan yang masih mau menerima mata uang rupiah. Namun tentu saja hasil akhirnya dikalkulasikan dengan nilai mata uang mereka yakni dolar Amerika Serikat.

Saya membeli sebotol jus mangga yang ternyata pabrikan asal Australia. Harganya Rp 28 ribu. Rasanya sangat enak.  Setiawan mengatakan kebanyakan warung-warung di Timor Leste menjual produk impor dari negara lain seperti Australia, Korea, dan Amerika.

Meski bisa ditempuh dengan jalan kaki, Anda sudah berada di negara berbeda, tentu saja Anda akan dikenakan tarif roaming jika menggunakan provider dari Indonesia. Satu-satunya provider yang berjaya di wilayah perbatasan adalah Telkomsel dengan sinyal yang tidak terlalu kuat.

Usai berfoto-foto di depan benteng peninggalan portugis, kami kembali ke wilayah Indonesia. Hampir tidak ada biaya yang kami keluarkan dalam trip antarnegara ini.

Jadi, jika Anda berkunjung ke Atambua, tak ada salahnya mampir ke PLBN Motaain untuk melihat suasana di wilayah perbatasan. Selamat melancong!

 

Berita Terkait: