Setan Jawa Menggelar World Premier di Melbourne

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Sukses memukau penonton Indonesia pada pemutarannya September 2016 yang lalu, film hitam putih pertama garapan Garin Nugroho, Setan Jawa, akan membuka world premiernya di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Australia pada 24 Februari 2017. Pada pementasan ini, film akan diiringi komposisi asli orkestra gamelan Indonesia karya Rahayu Supanggah.

Rahayu Supanggah merupakan seorang seniman musik yang telah dan masih memperkenalkan dan mempopulerkan musik gamelan Jawa ke masyarakat dunia selama lebih dari 40 tahun. Orkestra gamelan ini akan dibawakan secara langsung di depan layar dengan 20 pemusik gamelan yang berkolaborasi dengan Melbourne Symphony Orchestra, orkestra simfoni tertua di Australia yang telah meraih beragam penghargaan di Australia.

“Setan Jawa merupakan proyek kolaborasi antara Garin Nugroho dan Rahayu Supanggah. Kesuksesan Setan Jawa karya Garin Nugroho yang dipentaskan di Jakarta pada September 2016 yang lalu ternyata juga menarik atensi dari luar negeri. Ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperkenalkan musik tradisional Indonesia kepada masyarakat dunia,” ujar Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian yang mendukung film ini, melalui siaran pers yang diterimaRepublika, Selasa (21/2).

Setan Jawa akan dipentaskan di gedung Melbourne Art Centre, Australia dengan kapasitas 2.664 penonton. Film bisu hitam putih yang mengangkat mitologi Jawa ini juga menandai dedikasi Garin Nugroho yang telah berkarya selama 35 tahun di industri film. Film ini terinspirasi film bisu hitam putih Nosferatu (1922) dan Metropolis (1927). Film ini juga membawa kenangan masa kecil Garin Nugroho di Yogyakarta yang dipenuhi pesona pertunjukan wayang kulit yang diiringi oleh gamelan.

“Setan Jawa sebagai film bisu hitam putih dengan iringan langsung gamelan serta dengan tema dunia mistik ini adalah hasil sebuah representasi dan kenangan masa kecil di rumah saya di Yogyakarta yang membawa masa lampau dan sekaligus masa kini," ujar Garin.

Setan Jawa menurut Garin, fokus pada mistik Jawa yang merupakan fenomena kontemporer dan eksperimentasi bahasa visual. Film ini menggabungkan visual arts, teater, tari, fashion, hingga musik dalam ruang bebas interpretasi.

Setan Jawa bercerita tentang cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad ke-20 yang ditandai lahirnya era industri yang menyisakan kemiskinan di tanah Jawa. Seiring dengan meluasnya kemiskinan, maka bertumbuh subur cara-cara mistik untuk meraih kekayaan, termasuk Pesugihan Kandang Bubrah. Pesugihan ini adalah cara mistik untuk mendapat kekayaan dari iblis, namun harus membayar dengan berubah menjadi tiang penyangga rumah saat ajalnya tiba.