Smartfren Catat 35 Juta Pelanggan di Q3 2024, Turun dari 2023

pada 3 jam lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id – PT Smartfren Telecom Tbk (Smartfren) baru-baru ini menggelar acara Public Expose yang berlokasi di Gedung Smartfren Sabang, Jumat (20/12). Perusahaan memaparkan pencapaian yang diraih sampai 30 September 2024. 


 Berdasarkan laporannya, Smartfren yang sampai saat ini masih berkomitmen menyediakan jaringan 4G, mencatat jumlah pelanggan mencapai lebih dari 35 juta dengan 46 ribu BTS yang tersebar di 288 kota, dan cakupan populasi mencapai 80 persen penduduk dengan Ijin Jaringan Bergerak Seluler, Jaringan Tetap, International VoIP dan ISP.  


Sayangnya, data menunjukkan jika Smartfren mengalami penurunan dari jumlah pelanggan di mana tahun 2023 pengguna Smartfren mencapai lebih dari 36 juta pengguna. Hal ini turut berdampak pada pendapatan Smartfren yang tahun ini hanya mencatat sebanyak Rp8,5 triliun.




Sedangkan untuk EBITDA dan margin Smartfren berada pada angka Rp3,6 triliun atau 42,7 persen. Dan secara laba rugi, Smartfren mencatatkan kerugian kurang lebih Rp1 triliun. 

 Pada gelaran tersebut, Merza Fachys selaku Presiden Director sekaligus CEO Smartfren juga mengungkapkan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan setelah melakukan merger lewat XLSmart. 

"Dan sebagai surviving entity, XL Axiata dan Sinarmas masing-masing mempunyai bagian 50 persen, 50 persen. Atau secara kuantiti adalah 34,8 persen masing-masing. Kemudian saham publik akan mempunyai porsi 30,4 persen."

Kemudian, Smart Rent dan Smart Telecom akan menggabungkan diri ke dalam perusahaan yang akan disebut sebagai XLSmart. Saham rent akan dikonversi menjadi saham XL atau XLCL. Untuk produk dari Smart Rent sendiri diinfokan akan tetap tersedia, dan akan terus dipertahankan sebagai salah satu brand atau produk brand di dalam XLSmart.



Menurut Merza Fachys, meski pihak manajemen sendiri tidak ikut mengambil keputusan, kesepakatan di mana XL Axiata dan Sinarmas masing-masing mempunyai bagian 50 persen adalah bukti komitmen kedua perusahaan ini untuk membantu Indonesia terus maju. 

"Kalau tidak 50-50 berarti salah satunya komitmennya lebih besar dari yang lain. Nah ini buktinya keduanya komitmennya sama besar. Dengan demikian kita yakini ke depan usaha (merger) ini akan mendapatkan dukungan yang sama besar dari kedua pula pihak," tutup Merza.