"Spanyol Masuki Piala Dunia 2018 dengan Suasana Pemakaman"

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Di Piala Dunia seharusnya setiap orang berpesta, tapi Sergio Ramos dan Timnas Spanyol mengawali langkah di Piala Dunia 2018 dengan gundah. 

Julen Lopetegui bukan sosok sembarangan bagi Ramos dan teman-temannya. Di bawah kepelatihannya, Spanyol mendapatkan bekal terbaik yang dapat mereka bawa dalam setiap pertandingan, sekalipun di turnamen sebesar Piala Dunia. Bekal itu bernama kepastian. 

Bertanding dengan racikan taktik Lopetegui, Spanyol dihadapkan dengan satu kepastian: mereka tak akan pulang dengan membawa kekalahan. Sebanyak 14 kemenangan dan enam hasil seri dalam 20 laga menjadi bukti. Itu belum ditambah dengan torehan 61 gol dan catatan kebobolan yang minim, 13 kali. 

Kepastian macam itulah yang berhasil mengangkat moral Spanyol, juara Piala Dunia 2010, untuk mengejar gelar juara dunia di Rusia. Sayangnya, goncangan datang di saat tak tepat. Sehari sebelum upacara pembukaan Piala Dunia 2018 digelar, Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) mengumumkan pemecatan Lopetegui. 

Artinya, dua hari sebelum pertandingan pertama mereka di Piala Dunia, Spanyol kehilangan nakhoda. Kapal Spanyol oleng, Fernando Hierro datang mengambil alih kemudi.

Ramos bukan orang baru di Timnas Spanyol. Ia menjadi bagian dari kejayaan Spanyol yang menjadi juara Eropa pada 2008 dan dunia pada 2010. Sejak 2005, ia membuktikan bahwa hanya karena Spanyol berjuluk Tim Matador, bukan berarti tubuh mereka kalis terhadap masalah. 

Persoalan ruang ganti adalah perkara yang harus dihadapi Spanyol di gelaran Piala Dunia 2002. Ranah sepak bola mahfum, Spanyol adalah negeri yang rentan dengan permasalahan politik. Sialnya, urusan politik ini terbawa sampai ke lapangan bola. Selama kompetisi Piala Dunia yang digelar di Korea Selatan dan Jepang itu, gejolak antara para pemain Real Madrid dan Barcelona memanas di ruang ganti Timnas. 

Kabar baiknya, Spanyol dekat dengan para penolong yang tak terduga. Pada 2004, Luis Aragones ditunjuk menjadi pelatih Spanyol. Langkahnya berani dan kontroversial. Ia membangun tim dengan menghancurkan sekat-sekat politis yang terlanjur terbangun di dalam tubuh tim. 

Lewat kepemimpinannya ia tak hanya membuktikan bahwa tiki-taka selaras dengan gaya permainan Spanyol. Aragones pun membuktikan bahwa penggawa Madrid macam Iker Casillas dan Fernando Torres juga bisa menjadi padu di atas lapangan bersama Carles Puyol dan Xavi yang jadi kebanggaan Catalunya. 

Spanyol memang tak langsung berhasil. Mereka pulang cepat di Piala Dunia 2006. Namun setelahnya, nama mereka ada di puncak prestasi Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010.

 

 

Atas dasar pengalaman tak sedap, tapi mendewasakan itulah, barangkali Ramos angkat bicara di konferensi pers jelang pertandingan. Ada nada getir dalam setiap ucapannya. Namun, lewat pernyataannya pula ia ingin menegaskan, goncangan macam ini tak cukup hebat untuk meluluhlantakkan Spanyol.

"Spanyol memasuki Piala Dunia 2018 dengan suasana seperti di pemakaman. Namun, saya ingin menyelesaikannya dengan senyuman. Ini bukan hal yang menyenangkan, tapi kami harus memulai lembaran baru."

"Julen (Lopetegui) punya peranan yang besar di sini, tapi Spanyol lebih besar dari siapa pun. Kami memulai lembaran baru. Dan tidak ada orang yang lebih tepat ketimbang Hierro untuk mengisi lembaran baru itu bersama kami," tegas Ramos dalam konferensi pers jelang pertandingan, dilansirMarca.

Ramos sadar, di mata dunia Spanyol tetap tim hebat. Keberadaan mereka tetap menakutkan bagi siapa pun yang ambil bagian di Piala Dunia ke-21 ini. Namun, Ramos juga bukan bocah naif. Ia menyadari, apa yang terjadi di dalam tubuh Timnas Spanyol saat ini melahirkan anggapan-anggapan miring yang bukannya tak mungkin dapat memengaruhi mental tim saat bertanding.

 

 

Pertanyaan-pertanyaan soal benar atau tidaknya keputusan RFEF maupun sikap Lopetegui adalah hal yang untuk sementara enggan dipersoalkan Ramos. Pertanyaan itu bukannya tak mengusik, tapi ia tahu, terkadang, ada baiknya untuk membiarkan pertanyaan berlalu tanpa jawaban.

"Kami tidak perlu untuk mengevaluasi apa yang dilakukan orang lain. Saat ini, fokus kami hanya mendukung satu sama lain. Satu-satunya hal yang pantas untuk kami kerjakan sekarang adalah bertanding sebaik-baiknya di atas lapangan."

"Kami harus menutup pembicaraan (soal pemecatan Lopetegui -red) ini sekarang juga. Saat Piala Dunia berakhir, setiap orang dapat mengucapkan apa pun yang mereka mau," tutur Ramos mengakhiri.

Laga perdana Spanyol di gelaran Piala Dunia 2018 bukan pertandingan yang bisa dianggap remeh. Yang menjadi lawan mereka adalah Portugal. Itulah sebabnya, Ramos percaya, tak ada gunanya menambah beban tim dengan persoalan-persoalan di luar lapangan. Menangi dulu pertandinganmu, baru berusaha memecahkan permasalahan yang lain.

****

Pertandingan Portugal melawan Spanyol akan digelar pada Sabtu (16/6/2018) pukul 01:00 WIB di Fisht Stadium, Sochi, Rusia.