Sri Mulyani Minta Eksportir Lirik Pasar Negara Berkembang

pada 7 tahun lalu - by

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi bahwa tahun ini dunia masih akan diliputi ketidakpastian ekonomi dan politik. Tanpa harus khawatir berlebihan, ia mendorong eksportir untuk mengembangkan pasar.

Salah satu yang menjadi incaran Sri Muyani adalah negara berkembang (emerging market). “Indonesia masih memiliki peluang untuk membuka market yang beragam. Transaksi antaraemerging countryitu sudah cukup meningkat,” katanya dalam acara bertajuk ‘Investasi Membangun Negeri Melalui Pembiayaan Ekspor’ di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (7/2).

Negara-negara ASEAN menurut mantan Direktur Bank Dunia ini akan menjadi pasar yang sangat menarik karena adanya jaminan kepastian politik dan pertumbuhan ekonomi.

(Baca juga: Ketidakpastian Global, Pengusaha Garap Pasar Timur Tengah dan Afrika)

Karena itu, ia mendorong Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melihat dan mengembangkan ekspor yang bisa mendorong perluasan pasar. “Kemampuan LPEI untuk memahami market baru itu perlu. Tidak hanya jadi pemain kadang atau harus mampu membaca peta global,” tutur Sri Mulyani.

Selain itu,  dinamika politik seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan Cina juga harus diperhatikan. Sebab, Negara-negara dan kawasan tersebut selama ini menjadi pasar ekspor utama Indonesia.

Bahkan kondisi yang terjadi di Timur Tengah juga harus diperhatikan karena menyangkut peta geo politik dunia. “Semua memberikan dinamika politik yang mempengaruhidecision makingdi dunia global,” kata dia.

(Baca juga: Sri Mulyani Harap Pulihnya Ekspor Tak Terganjal Amerika dan Cina)

Senada dengan Sri  Mulyani, Muhammad Chatib Basri juga menyebut Asia sebagai kawasan yang layak dijadikan target ekspor. Sebab, pertumbuhan ekonomi di kawasan ini masih lebih tinggi dibanding kawasan lain.

Rilis Bank Dunia pada Oktober 2016 lalu menyebut, pertumbuhan ekonomi Negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik pada 2016 mencapai 5,8 persen dan hanya sedikit menurun jadi 5,7 persen pada 2017-2018.

Kawasan ini juga makin menarik karena dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN, kegiatan ekspor-impor bisa lebih bebas tanpa bea masuk.

"Jadi kalau masuk pasar ekspor arahnya Asia dan dia tarifnya nol. Apalagi biaya logistik Thailand bisa lebih rendah dari Indonesia. Jadi kami harus berpikir Asia jadi pangsa ekspor," kata Chatib yang juga pernah menjabat Menteri Keuangan.

(Baca juga: Sri Mulyani Sebut Tren Penerimaan Pajak Sawit Turun Sejak 2012)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor 2016 masih negatif 1,74 persen lebih baik dari 2015.

Kabar baiknya, pada kuartal IV-2016 nilai ekspor sudah tumbuh positif 4,24 persen, karena ada kenaikan harga komoditas. Sementara itu, impor tumbuh 2,82 persen, juga membaik dibanding sebelumnya yang terkontraksi 3,9 persen.