Studio Game Asal Bandung Raih Untung lewat Game Murah Meriah

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Pada artikel sebelumnya, kita berkenalan dengan Studio Namaapa yang telah merilisgameberbasis RPG Maker di Steam, yaituNusakana. Tapi tahukah kamu bahwa Studio Namaapa bukanlah satu-satunya developer lokal yang punya produk RPG Maker komersial di Steam? Masih ada developer lain dengan pencapaian serupa, salah satunya adalah studio Blazing Fanfish.

Blazing Fanfish memanfaatkan RPG Maker untuk membuatgamedengan temapuzzlematematika berjudulCalcu-Late. BilaNusakanapunya jumlah konten yang terbilang besar,Calcu-Latejustru memiliki skala yang kecil, bahkan bisa diselesaikan dalam waktu satu jam saja.

Meski berskala kecil, Calcu-Latetetap berhasil mendatangkan hasil yang memuaskan bagi para developernya. Mengapa bisa demikian? Simak kisah selengkapnya di bawah.

Gamesingkat untuk lomba

Blazing Fanfish berdiri pada tahun 2013 dengan anggota tujuh mahasiswa yang berdomisili di kota Bandung.Gamepertama yang mereka kembangkan berjudulCursed Wish, sebuahgame adventure bertema horor. Sayangnya pengembangangametersebut memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan, bahkan belum berhasil dirilis secara utuh hingga kini dan baru tersedia dalam wujud demo saja.

Sembari melanjutkan pengembanganCursed Wish, Blazing Fanfish terus berkarya lewatgame jamrutin yang disebut Ludum Dare. Beberapagamesempat mereka hasilkan, tapi semuanya masih berupa produk kecil-kecilan dan tidak dijual secara komersial. Pada masa ini mereka lebih fokus untuk mengasah kemampuan, sebelum membuat produk utuh bila ada konsep yang dirasa menarik.

Suatu ketika di tahun 2014, mereka mendengar kabar tentang kompetisi internasional bernama Indie Game Maker Contest. Kontes tersebut mengharuskan pesertanya membuatgamedalam waktu kurang lebih satu bulan, dan tidak butuh waktu lama bagi para kru Blazing Fanfish untuk memilihpuzzlematematika sebagai konsep dasargameyang mereka buat.

“Mungkin karena kebanyakan latar belakang tim kami sendiri adalah matematika, jadi lebih nyaman kalau mengarah ke sana,” jelas Mohammad Ridwan Gunawan Wibisono, Marketing Officer dari Blazing Fanfish. Menurut pria yang akrab dipanggil Sony itu, proses pengembanganCalcu-Lateberjalan lancar tanpa kendala berarti sebab semua sudah terlebih dahulu direncanakan dengan baik.

Kesulitan yang dialami justru lebih banyak bersifat nonteknis, misalnya kesibukan para kru yang membuat pengembanganCalcu-Latejadi sering tertunda. Genrepuzzleyang diusung juga kadang membuat developernya pusing sendiri saat melakukan testing. “Apalagi kalau masalahdebugging, biasanya kalau sedangdebuggingmalah kalah sendiri dipuzzleterakhir jadi tidak kelar-kelar,” cerita Sony.

Strategi banting harga

Calcu-Lategagal menjadi pemenang Indie Game Maker Contest, tapi para kru Blazing Fanfish cukup suka dengan konsepgameyang mereka buat. Akhirnya diputuskan bahwagameini akan digarap menjadi produk komersial utuh. Dalam penjualannya, Blazing Fanfish dibantu oleh perusahaan penerbitgame indiebernama Back To Basics Gaming.

Stan Doujin Dalam Botol menjual Calcu-Late di acara Bijac no Tanjoiwai 2016. Sumber foto: Doujin Dalam Botol

Sebelum dirilis di Steam, Blazing Fanfish sudah lebih dulu menjualCalcu-Latesecara independen lewat situs itch.io. Mereka juga mencoba penjualan fisik di berbagaieventlewat distributor lokal Doujin Dalam Botol. Pada mulanyagameini dijual dengan harga Rp60.000 atau US$5,99, namun ternyata hasil penjualannya kurang baik.

Tawaran kerja sama datang dari Back To Basics Gaming pada akhir tahun 2015. Penerbit tersebut membantuCalcu-Latelolos proses Steam Greenlight, tapi mengusulkan banderol yang jauh lebih rendah. Mereka akan menjualCalcu-Latedengan harga hanya Rp9.299, atau US$0,99.

“Harga tersebut merupakan hasil dari diskusi bersama pihakpublisher. Dari kami sendiri yang notabene merupakan developer ‘kemarin sore’, kami lebih memilih untuk menyebarkangameini ke massa yang lebih besar,” ujar Sony.

Strategi tersebut rupanya memberi hasil yang cukup memuaskan. Per 13 Februari 2017,Calcu-Latetelah terjual sebanyak kurang lebih 80.000 kopi di Steam. Harga jualnya yang sangat murah memancing minat paragameryang ingin hiburan ringan dan singkat. Apalagigameini memiliki fitur Steam Trading Cards. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian pengguna yang membeligameini demi mendapatkan Trading Cards saja.

Jangan takut terjebak stigma

Sudah jadi rahasia umum bahwa karya yang dibuat dengan RPG Maker sering dipandang sebelah mata oleh paragamer. Selain karena banyaknyagameyang dikembangkan dengan kurang serius, jebolan RPG Maker juga dianggap punya tampilan yang mirip-mirip. Padahal sebetulnyaenginetersebut menyimpan potensi besar.

“Menurut kami, pemilihanenginetidak menentukan kualitas dari suatugame. Besarnya upaya pihak developer dalam mengembangkangamemereka agar jadi baguslah yang menentukan kualitasnya,” kata Sony. Bila developer mau berusaha dengan serius, tidak mustahil untuk menghasilkangamesemacam Amber Throne, yang dalam sekilas lihat tidak seperti dibuat dengan RPG Maker.

RPG Maker adalahengineyangeasy to use, but hard to master.

Sony juga menyarankan kepada para peminat yang ingin mencoba RPG Maker untuk tidak hanya terpaku pada RPG.Enginekeluaran Enterbrain dan Degica ini juga bisa digunakan untuk membuatgamedari berbagai genre lain, sepertiadventure,dating sim, bahkanbullet hell. Yang terpenting adalah jangan takut menggali ide, seperti pendapat Sony, “RPG Maker adalahengineyangeasy to use, but hard to master.”

Amber Throne memiliki tampilan visual layaknya lukisan.

Menurut Sony, developer hendaknya juga memperhatikan masalah tentang hak cipta. Dunia RPG Maker kental akan kolaborasi, dan salah satu wujud kolaborasi tersebut adalah berbagi aset. Bila perjanjian atau kesepakatan penggunaan aset dengan para kreator tidak dipatuhi, bisa muncul berbagai masalah. “Biasanya orang kita suka cari gampangnya saja. Jangan sampai mengambil keputusan yang membuat kalian menyesal.”

Sayangnya untuk saat ini Blazing Fanfish sendiri sedang berada dalam masa vakum. Anggota-anggotanya harus menghadapi berbagai kesibukan untuk proses pengembangan diri di luar duniagamedev.

Temukan kisah-kisah menarik developer lokal lainnya di sini!

“Masih belum tahu ke depannya akan diputuskan seperti apa. Semoga saja kami akan bisa terus berkarya dan diberi kesempatan untuk mencobaenginelain selain RPG Maker,” demikian tutup Sony.

Situs Web:Blazing Fanfish

(Diedit olehIqbal Kurniawan)