Sudah Ada YouTube, Kenapa JobStreet Bikin seekMAX?
Singapura, Uzone.id– Platform pencarian kerja JobStreet beberapa waktu lalu memberi kejutan untuk penggunanya di Indonesia. Secara perdana, mereka memilih Indonesia sebagai pasar pertama untuk meluncurkan layanan seekMAX.
SeekMAX muncul di dalam aplikasi JobStreet sebagai layanan tambahan yang menyediakan konten video original berisi tips, rekomendasi, dan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan serta diharapkan dapat menunjang karier pengguna.
Bagi sebagian orang, wajar rasanya memiliki pertanyaan kenapa harus ada seekMAX ketika pengguna internet Indonesia dapat dengan mudahnya membuka platform yang sudah lebih dulu populer seperti YouTube — videonya berlimpah ruah dan mudah diakses juga.
Nyatanya, seekMAX memiliki visi lain yang diyakini dapat membuatnya lebih unggul dan berbeda dari YouTube.
Baca juga: Work-Life Balance di Startup Bukan Mitos, kok!
“Kami sangat spesifik terhadap apa yang ingin kami capai. YouTube dipenuhi oleh semua hal, apapun dapat kita temukan di sana. Tapi, kalian harus mencarinya terlebih dahulu untuk benar-benar menikmati video yang kalian tuju,” terang Chief Growth Officer, Career & Connect Platform SEEK, Chook Yu Yng saat berbincang denganUzonedi sela acara Tech In Asia Conference 2022 di Singapura.
Ia melanjutkan, “uniknya, YouTube cenderung membuat distraksi. Kalian pasti pernah ketika mencari video A, lalu melihat rekomendasi video lain, kalian malah jadi mengkliknya dan berujung menonton banyak video ini itu. YouTube memang secara garis besar fungsinya untuk hiburan.”
Sedangkan seekMAX, menurut Yu Yng, perannya hadir untuk fokus sebagai bekal dalam pengembangan karier. Video-video di dalam seekMAX juga dibikin sedemikian rupa agar relevan dengan pengguna, khususnya di Indonesia.
“YouTube jelas bukan kompetitor kami. SeekMAX menyajikan konten yang dibutuhkan pengguna untuk belajar skill baru, butuh motivasi secara spesifik, dan diintegrasikan dengan profil pengguna. Butuh belajar tentang Microsoft Excel saja kami punya videonya secara spesifik,” lanjutnya.
Baca juga: Perlukah Pekerja Manusia Cemas Jika 'Dijajah' AI dan Robot?
Ke depannya, Yu Yng memberikan bocoran kalau seekMAX akan menyiapkan ruang bagi komunitas lokal untuk menghadirkan program atau konten yang lebih interaktif dengan pengguna.
“Misalnya kalian butuh informasi tentang bagaimana mendapatkan promosi di perusahaan, nantinya insight seperti ini bakal lebih interaktif dari komunitas,” tutup Yu Yng.
Digitalisasi yang serba memudahkan
Salah satu privilese bagi masyarakat yang tumbuh bersama teknologi seperti sekarang adalah menikmati proses pencarian kerja hingga sarana pengembangan karier cukup melalui ponsel dan jempol saja.
JobStreet yang menyediakan berbagai macam informasi lowongan kerja yang mudah diakses, kemudian kini muncul seekMAX yang juga diklaim mudah digunakan. Hal ini dianggap sangat berfaedah bagi generasi muda zaman sekarang.
“Tren seperti ini memang memudahkan, orang tidak perlu ribet lagi atau banyak effort dalam mencari info pekerjaan karena sudah didigitalisasi. Semua sudah instan, jadi kita bisa atur sendiri apa yang kita butuhkan,” terang Nabilah Vika, karyawan usia 24 tahun saat ditanya Uzone di acara yang sama secara terpisah.
Baca juga: Teknologi Perekrutan Karyawan, dari Keamanan Data hingga Metaverse?
Hal senada juga disampaikan oleh Hariry Anwar. Pria usia 31 tahun ini mengatakan platform alternatif di luar YouTube seperti seekMAX pada dasarnya justru bermanfaat agar konten yang disajikan lebih fokus.
“Iya layanan di luar YouTube seperti seekMAX justru memudahkan karena kalau kita cari keyword tertentu, yang muncul itu sesuai kebutuhan, bukan yang random dan bikin kelamaan memilih. Platform pencarian kerja yang serba digital juga semakin maju, tinggal ketik aja keyword yang mau kita cari, langsung keluar banyak result,” kata Hari.
Ada pun pandangan lain datang dari karyawan usia 29 tahun asal Palembang, Bimo Rafandha yang juga hadir di Tech In Asia Conference 2022 Singapura.
Digitalisasi di aspek pencarian kerja menurutnya dapat meningkatkan efisiensi waktu.
“Jadi efektif dan gak buang-buang waktu. Apalagi konten video yang disuguhkan itu singkat dan padat, sekitar 5 menit saja, akan lebih mudah ditangkap. Bisa jadi teman sambil makan atau belajar, intinya mudah dinikmati,” tutupnya.