Sudah Siapkah Indonesia Punya Perabotan Rumah Serba Pintar?

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising
Uzone.id — Seperti halnya di film, perabotan seperti kulkas, pendingin ruangan, hingga mesin cuci nyatanya bisa dikembangkan agar dapat berkomunikasi langsung dengan manusia. Kalau sudah begini, secara praktis dinamai “perabotan pintar”.
 
Penambahan kata “pintar” selalu memiliki arti kalau produk tersebut telah dilengkapi kemampuan konektivitas berupa jaringan internet dan hal-hal canggih lain yang berbau digital. Kulkas bisa berbicara, AC dapat dikontrol pakai ponsel, dan lain-lain. Keren banget, ‘kan?
 
Jika teknologi tersebut sudah mulai dikembangkan, Indonesia kapan kebagian? 
 
Eh, ralat, deh. Pertanyaan yang lebih logis adalah: Apakah Indonesia sudah siap dengan teknologi Smart Home seperti ini?
 
Baca juga:Indosat Siap Uji Coba 5G di Indonesia
 
Konsep Smart Home yang berada di bawah payung Internet of Things masih terasa 'ngawang' di Indonesia. Menarik untuk disimak, namun entah bisa diterima dengan baik atau tidak di tengah masyarakat.
 
Hitachi, sebagai perusahaan teknologi asal Jepang yang memiliki divisi produksi alat-alat elektronik rumah tangga memiliki pandangan mengenai penerapan Internet of Things (IoT) di Indonesia. Dalam hal ini, perabotan rumah tangga yang serba pintar.
 
"Peralatan dan perabotan rimah tangga yang serba pintar begitu masih butuh waktu sih di Indonesia. IoT sebetulnya sudah mulai dicanangkan di markas besar Hitachi di Jepang, namun kalau di sini [Indonesia] akan butuh waktu," ucap Product Manager Hitachi Indonesia, Stephen Dave kepada Uzone.id saat ditemui di daerah Jakarta Pusat, Rabu (12/12).
 
 
Apa yang dikatakan Stephen tentu bukan dengan nada pesimis atau tidak percaya diri, namun lebih ke arah realistis karena idenya sendiri belum membumi di Indonesia.
 
"Teknologi seperti ini belum familiar bagi orang Indonesia. Saya pernah tanya ke teman yang kebetulan usianya juga masih muda, tentang kulkas yang ada layarnya dan bisa tersambung dengan internet. Dia bilang, 'saya bingung buat apa ya kulkas bisa terkoneksi dengan internet?'," sambung Stephen.
 
Selain konsep yang masih terasa asing bagi masyarakat awam di Tanah Air, Stephen juga merasa perlu edukasi menyeluruh mengenai perkembangan digital IoT, mulai dari kegunaan, fitur-fitur, hingga manfaat nyata yang sekiranya akan dirasa sangat membantu kehidupan sehari-hari.
 
"Menurut saya sih, sejauh ini interet itu gunanya masih sebatas untuk mendiagnosis kondisi mesin cuci -- istilahnya untuk mencari informasi. Jadi, kalau tiba-tiba ada perabotan rumah tangga seperti mesin cuci atau AC yang bisa dioperasikan dari jarak jauh misalnya, masih belum siap," imbuhnya lagi.
 
Kendati begitu, dari pihak Hitachi sendiri sangat menanti pertumbuhan infrastruktur jaringan di Indonesia, seperti halnya 5G yang mulai sering dibicarakan oleh para pelaku telekomunikasi.
 
Jaringan 5G sendiri yang digadang-gadang siap diuji coba mulai 2019 ini menjadi harapan baru bagi teknologi canggih seperti IoT karena kecepatan konektivitasnya yang sanggup tembus hitungan Gbps.
 
"Dari sisi perusahaan sih, kita akan tetap mengikuti perkembangan zaman dan trennya seperti apa. Selama pemerintah semangat memperkuat jaringan, kami tentu siap menjadi pemain di dalamnya untuk menghadirkan teknologi baru," tutup Stephen.