Sukitman, Polisi Muda Penemu Lokasi Sumur Lubang Buaya
Lima puluh dua tahun berlalu, peristiwa G30S/PKI masih melekat di benak masyarakat hingga kini, sebagai salah satu sejarah kelam bangsa Indonesia. Beragam kisah mencekam soal penculikan dan pembunuhan para jenderal dalam peristiwa itu, diceritakan dari generasi ke generasi.
Dari cerita-cerita soal PKI yang kerap dituturkan guru sejarah sekolah, hingga dalam berbagai diskusi, mungkin tak banyak yang membahas sosok bernama Sukitman.
Salah seorang polisi muda, yang punya peranan besar dalam penemuan jenazah tujuh orang anggota TNI AD di Kelurahan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Berdasar buku berjudul “Kesaksian Sukitman Penemu Sumur Lubang Buaya” karya Drs.Soemarno Dipodisastro, pada tengah malam tanggal 30 September 1965, Sukitman yang berpangkat Agen Polisi II itu tengah berpatroli di Jalan Iskandarsyah, Jakarta Pusat, tepatnya di sekitar Wisma Auri. Sukitman bersama salah seorang rekannya, bertugas menjaga keamanan tamu negara yang sedang menginap di wisma itu, yang lokasinya berdekatan dengan kediaman Jenderal Pandjaitan.
Di sela-sela patroli, tanggal 1 Oktober dini hari, Sukitman mendengar suara tembakan berkali-kali dari Markas Besar Kepolisian, yang berada tak jauh dari lokasinya berjaga. Sukitman yang kala itu masih berusia 22 tahun, bergegas mengayuh sepedanya menuju sumber suara. Belum sampai ke lokasi, di tengah jalan Sukitman dicegat orang tak dikenal.
Sukitman disuruh meletakan senjatanya. Ia kemudian diikat dengan mata tertutup, dan dibawa ke sebuah rumah di Kelurahan Lubang Buaya. Menurut penulis buku, penculik itu menuduh Sukitman ajudan Jenderal Pandjaitan, salah satu jenderal yang diculik dalam peristiwa G30S/PKI.
Saat matahari terbit, Sukitman menyaksikan para jenderal dibunuh di lokasi itu. Kemudian jenazah para jenderal itu dimasukan ke sebuah lubang dan ditutup dengan dedaunan. Tak ingin bernasib sama, Sukitman memutuskan untuk pura-pura mati. Para penculik pun meninggalkan begitu saja tubuh Sukitman yang dikira sudah tak bernyawa.
Singkat cerita, Sukitman berhasil meloloskan diri dari Lubang Buaya dan akhirnya ditemukan oleh patroli Resimen Tjakrabirawa.
Berdasar buku karya Maulwi Saelan yang berjudul Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66, Sukitman lalu dibawa ke markas Resimen Tjakrabirawa yang berada di sebelah Istana Negara (sekarang gedung Bina Graha). Di sana, Sukitman diperiksa dan diinterogasi.
Informasi yang dihimpun dari Sukitman perihal peristiwa pembunuhan jenderal, kemudian dilaporkan ke Kodam V Jaya (Panglima Kodam kala itu adalah Mayjen TNI Umar Wirahadikusuma) pada 2 Oktober. Sukitman pun diserahkan kepada Kostrad, yang saat itu dipimpin (Panglima Kostrad) oleh Mayjen TNI Soeharto.
Berbekal informasi lokasi pembunuhan yang diceritakan Sukitman, Maulwi Saelan (penulis buku) yang pernah menjabat sebagai ajudan pribadi Presiden Soekarno, lalu berangkat menuju Kelurahan Lubang Buaya bersama Letna Kolonel AH Ebram dan Sersan Udara PGT Poniran.
Untuk diketahui, Kelurahan Lubang Buaya berbatasan dengan Kelurahan Halim Perdana Kusuma di sebelah utara, Kelurahan Pinang Ranti, Bambu Apus di sebelah barat, Desa Jati Rahayu Pondok Gede, Bekasi di sebelah timur dan Kelurahan Setu di sebelah selatan.
"Saya bertemu dengan Kolonel AU/PNB Tjokro, perwira piket Halim Perdanakusuma dan menyampaikan maksud kedatangan saya. Kami dibantu seorang anggota TNI AU berpangkat Letnan Muda Penerbang, mencari lokasi yang diceritakan Sukitman tersebut," tulis Maulwi dalam bukunya.
Tiba di Lubang Buaya, timnya kemudian menemukan sebuah pondok kecil yang di dekatnya tumbuh sebuah pohon besar. Di sekitar pondok itu, ada sebidang tanah kosong yang terlihat yang dipenuhi tumpukan dedaunan, sangat berbeda penampakkannya dengan tanah di sekelilingnya. Setelah daun-daun disingkirkan dari titik tersebut, tampak sebuah permukaan sumur tua.
Maulwi dan timnya pun meminta bantuan warga sekitar untuk menggali sumur itu. Tak berselang lama, pasukan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang dipimpin Mayor CI Santoso, datang membawa Sukitman ke lokasi penggalian. Turut ikut pula kala itu Ajudan Letnan Jenderal Ahmad Yani, Kapten CPM Subardi.
Penggalian sulit dilakukan dan memakan waktu lama, karena ukuran lubang sumur hanya pas untuk satu orang. Lewat tengah malam, setelah digali cukup dalam, dari sumur tua itu mulai tercium aroma tidak sedap. Tak lama, tujuh jenazah anggota TNI AD pun ditemukan.
Sukitman wafat pada Senin siang, tanggal 13 Agustus 2007 di Rumah Sakit Bhakti Yuda, Depok, Jawa Barat. Sebagai tanda penghormatan dan penghargaan atas peran besar Sukitman dalam penemuan posisi sumur tua di Lubang Buaya itu, pemerintah melakukan upacara kemiliteran untuk melepas jenazah Sukitman yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan.