Tak Ingin Disalip Temu, Amazon Hadirkan 'Toko Murah Meriah' di AS
Uzone.id —Tidak hanya UMKM di Indonesia saja yang risau karena kehadiran e-commerce China, Temu. Perusahaan besar sekelas Amazon pun ketar-ketir dengan dominasi dan popularitas platform mereka di AS saat ini.
Untuk itu, Amazon dilaporkan sedang membuat etalase khusus produk dengan harga (sangat) murah di e-commerce mereka untuk menyaingi aplikasi Temu.
Menurut laporan dari The Information, beberapa pihak telah melihat informasi internal yang dikirim ke pedagang Amazon yang merinci beberapa batasan harga untuk etalase baru ini, batasan maksimal harga ini terbilang sangat murah dan meliputi 700 produk.
Gerai ini mengklaim bahwa batas maksimal harga ditetapkan antara lain USD8 atau Rp125 ribu untuk perhiasan, USD9 atau Rp140 ribu untuk perlengkapan tempat tidur, USD13 atau Rp200 ribu untuk gitar, dan USD20 atau Rp300 ribuan untuk sofa.
Produk-produk ini nantinya akan dikirim dari pusat pemenuhan di Guangdong, China untuk kemudian dijual di "Toko Murah" Amazon yang baru ini.
Karena dikirim langsung dari pabrik China, pesanan dari etalase ini akan memiliki jadwal pengiriman yang lebih lambat yaitu sembilan sampai 11 hari. Amazon juga akan membebankan biaya yang lebih rendah kepada penjual.
Penjual akan dikenakan biaya antara USD1,77 dan USD2,05 untuk mengirimkan barang seberat 4-8 ons melalui Toko Murah ini. Biaya tersebut lebih murah dibandingkan dengan biaya toko biasa yang mencapai USD2,67 hingga USD4,16.
Amazon sendiri tidak menetapkan batas harga pada etalase online platform utamanya, dan dengan adanya etalase baru ini, Amazon akan menggunakan strategi yang sangat berbeda dari pendekatan biasanya.
Amazon mengikuti langkah Temu yang langsung menyalurkan barang dari pabrik ke konsumen, sehingga harga yang dijual ke konsumen lebih murah. Sayangnya, Amazon kemungkinan harus melakukan beberapa tugas ekstra termasuk memastikan kalau barang-barang tersebut memiliki kualitas yang baik.
Pasalnya, meski Temu saat ini banyak digandrungi, platform ini banyak mengalami masalah, salah satunya dari kualitas produk yang dianggap kurang, pelayanan pengguna yang tidak maksimal dan pertanyaan tentang ketergantungan pada tenaga kerja "paksa”.
Temu saat ini jadi platform e-commerce yang sedang booming di beberapa negara. Meski baru dirilis pada tahun 2022, platform e-commerce ini telah mencuri banyak perhatian karena menjual barang-barang murah.