Tak Punya R&D di Indonesia Seperti Honda, Suzuki: Kita Fokus di India

pada 1 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Suzuki menjadi salah satu merek otomotif asal Jepang yang hadir di Indonesia. Meski eksistensinya di tanah air sudah lama, ternyata merek berlambang S ini tidak memiliki fasilitasresearch and development(R&D) di dalam negeri.

Hal ini disampaikan langsung oleh Shigemori Keisuke selaku General Manager 2W Sales & Marketing PTSuzukiIndomobil Sales.

"Kita tidak punya (R&D) di Indonesia," ujar Keisuke singkat belum lama ini.

Fasilitas R&D memiliki fungsi penting untuk memproduksi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Seperti Yamaha dan Honda, keduanya sudah memiliki fasilitas R&D sendiri di Indonesia.

Fokus ke negara lain jadi alasan kenapa Suzuki tak punya R&D di Indonesia. Padahal, nama Suzuki di Indonesia sudah besar dan terkenal dengan produknya yang bandel, bertenaga, dan kompetitif.

"Alasannya salah satu kebijakan strategi dari Suzuki Motor Corporation di Jepang, sekarang kita fokus di India untuk modelnya," ungkap Keisuke.

Tak heran, beberapa model baru dari Suzuki yang diluncurkan selama beberapa tahun ke belakang merupakan Completely Built-up (CBU) dari India. Meskipun, PT SIS masih memproduksi motor-motor di dalam negeri untuk pasar lokal ataupun ekspor.

 

 

Saat ini deretan motor Suzuki yang rakit di India antara lain adalah Avenis 125, V-Strom 250SX,BurgmanStreet 125 EX, dan Gixxer SF250. Sementara yang dibuat di dalam negeri antara lain GSX-R150, Satria F150, Address, Nex II, dan Nex II Crossover.

Dengan motor yang dirakit lokal dan CBU tersebut, Suzuki meyakini bisa mencapai target hingga 15 ribu unit di tahun 2024 ini. Menariknya, Burgman Street 125 EX menjadi produk andalan atau tulang punggung Suzuki saat ini.

 

 

"Sangat bagus, maksudku, sejak kita luncurkan model ini. Utilitas dan semua performa dari Burgman Street sangat diterima, kami sangat senang dengan hal ini," pungkasnya.

Diketahui, saat ini Suzuki Burgman Street 125 EX sudah terjual 3.000 unit di Indonesia. Angka tersebut terbilang impresif untuk sebuah produk yang diimpor dari China. Namun meskipun penjualannya menjanjikan, pihak PT SIS belum berencana untuk memproduksinya di dalam negeri.