Tangis di Akhir Karier Buffon Bersama Italia

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Stadion San Siro mendadak hening ketika wasit Antonio Mateu asal Spanyol meniup peluit tanda pertandingan usai. Tim yang berbaju biru tertunduk lesu sedangkan tim dengan kostum berwarna kuning bergembira penuh suka cita.

Tim berbaju biru yang kami maksud di atas adalah Italia. Ya, Italia gagal untuk bermain di Piala Dunia Rusia tahun depan.Gli Azzurriharus menyerahkan tiket Piala Dunia ke tangan Swedia yang dalam pertandingan leg kedua, Selasa (14/11/2017) dini hari WIB berhasil menahan imbang Italia dengan skor 0-0.

Di tengah tertunduknya para lelaki berbaju biru, ada sesosok pria berusia 39 tahun yang juga ikut menangis. Dengan ban kapten yang melingkar di lengannya sang pria beberapa kali menghapus air matanya.

Pria ini adalah Gianluigi Buffon, pemain paling senior di skuat Italia malam itu. Air mata Buffon semakin tidak tertahan mana kala dia baru saja memutuskan bahwa hari itu adalah pertandingan terakhirnya bersama Tim nasional Italia.

"Sangat mengecewakan, bukan untukku tapi untuk perkembangan sepak bola karena kita gagal melakukan sesuatu yang penting bagi negara, ini adalah penyesalan yang saya miliki dalam akhir karier saya," ujar Buffon dilansirSoccerway.

Kurang lebih 20 tahun sudah Buffon berkarier untuk Timnas Italia. Tahun 1997 adalah pertama kalinya Buffon memulai karier bersama Timnas Italia. Saat itu, penjaga gawang yang berpenampilan parlente ini turun menggantikan Gianluca Pagliuca dalam babakplay-offPiala Dunia 1998 menghadapi Rusia.

Tidak seperti saat ini, 20 tahun yang lalu Buffon berhasil membawa Italia lolos ke Piala Dunia usai menang dengan agregat 2-1. Tapi sayang, Buffon, yang kemudian hanya jadi kiper ketiga Italia pada Piala Dunia 1998, ikut gagal bersamaAzzurriyang takluk dari Prancis pada babak perempat final.

Tapi, delapan tahun kemudian, tepatnya pada Piala Dunia 2006 di Jerman, Buffon berhasil membawa Italia meraih prestasi terbaik di kompetisi sepak bola terbesar di dunia. Tak seperti di Piala Dunia 1998, kali ini Italia berhasil menaklukan Prancis melalui drama adu penalti.

Piala Dunia 2006 adalah prestasi terbesar yang Buffon berikan untuk Timnas Italia. Maka dari itu, Buffon amat kecewa ketika tahu Italia gagal lolos ke Piala Dunia tahun depan.

"Sayang sekali pertandingan resmi terakhir saya bertepatan dengan gagalnya Italia lolos ke Piala Dunia," tutur Buffon.

"Tapi, saya tidak khawatir dengan masa depan sepak bola Italia, karena mereka memiliki kebanggaan, kemampuan, tekad, dan setelah gagal kami selalu tahu caranya untuk bangkit kembali," lanjutnya.

Dalam laga dini hari tadi, Buffon memang tidak terlalu bekerja keras. Pasalnya, gawang Italia jarang sekali mendapat ancaman dari Swedia. Hal yang wajar mengingat Italia butuh menang karena pada leg pertama di Swedia mereka takluk 1-0.

Tapi, apa daya, seluruh kekuatan sudah di keluarkan untuk mencetak gol. Namun ,semua masih buntu akibat kokohnya lini belakang Swedia. Hingga pertandingan usai skor tetap kacamata dan Buffon bersama Italia harus rela hanya jadi penonton pada ajang sepak bola terbesar di dunia.