Tantangan Jamaah Haji di Puncak Musim Panas

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

 

Kebetulan musim haji 2017 bertepatan dengan puncak musim panas Arab Saudi. Cuaca panas di siang hari mencapai 41-48 derajat dengan kelembaban 24-29 persen.

Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah Petugas Haji Indonesia Nasrullah Jassam mengimbau jemaah calon haji asal Indonesia untuk mengantisipasi kondisi tersebut.

Jasam meminta jemaah agar tidak melakukan aktivitas di luar kegiatan ibadah supaya energi dan kesehatan terpelihara. “Sehingga di puncak haji 8 Dzulhijjah dalam kondisi prima. Di Armina benar-benar maksimal puncak ibadah haji,” kata Jassam.

Ia juga mengingatkan jemaah agar banyak mengonsumi air mineral untuk mencegah dehidrasi. Jemaah juga diimbau agar selalu mengenakan masker untuk meminimalkan debu dan cuaca panas.

Selain itu, kata Jassam, jemaah harus makan makanan yang disediakan oleh katering yang telah ditunjuk oleh pemerintah Indonesia karena menyangkut kebutuhan gizi.

Suhu di Madinah bahkan lebih panas lagi, diperkirakan mencapai 40-50 derajat Celsius. Agar jemaah haji Indonesia tidak dehidrasi dan kepanasan saat beraktivitas di luar ruangan, ada beberapa tips untuk mencegahnya.

Salah satunya adalah minum 8 gelas air sehari. Minumnya mulai bangun pagi, saat sarapan, sebelum aktivitas di luar ruangan, menjelang makan siang, sore hari, saat makan malam dan sebelum tidur.

"Harus banyak minum air putih," kata Kasubsie Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, Ika Nurfarida.

Minum air yang banyak akan membuat badan segar. Selain itu, juga menghindari bibir kering akibat terpapar udara panas di Madinah.

Selain itu, Ika juga mengimbau jemaah untuk senantiasa menjaga kebersihan dan tidak mengonsumsi makanan yang tak sehat.

"Kami dari tim kesehatan juga terus melakukan tindakan preventif dengan cara sosialisasi mulai saat mendarat di bandara atau di pemondokan-pemondokan," bebernya.

Dahulukan ibadah wajib

Di lain pihak, jemaah calon haji Indonesia juga diminta mendahulukan ibadah wajib ketimbang mengejar yang sunah. Jemaah hendaknya tidak memforsir diri mengejar ibadah sunah.

Koordinator Konsultan Bimbingan Ibadah, Aswadi, dia mengingatkan jamaah tidak memaksakan diri melaksanakan ibadah sunah meski tuntutannya selama berada di Tanah Suci sangat besar.

“Dahulukanlah ibadah-ibadah wajib ketimbang memperbanyak mengejar amalan-amalan sunah keutamaan (afdhaliyat),” pesannya.

Ia mencontohkan, jika sering menunaikan umrah yang sunah, maka energi terkuras. "Jangan sampai jamaah memburu yang kecil tetapi kehilangan yang besar," kata dia.

Terkait cuaca panas, Aswadi mengingatkan jamaah agar selalu minum air putih selama pelaksanaan ibadah. Di Masjidil Haram, jamaah bisa mengambil dan mengonsumsi air zamzam. Demikian pula di Masjid Nabawi (Madinah), air zamzam tersedia di berbagai tempat di dalam masjid.

Untuk menunjang kekhusyukan, Aswadi juga mengimbau jamaah pandai memilih waktu-waktu yang tepat untuk beribadah.

Jika memang terpaksa harus siang hari, hendaknya mempersiapkan segala kebutuhan dan kondisi badan. "Cari waktu yang prioritas menunjang kesehatan," tutupnya.*