Tekan Subsidi, Pemerintah Kaji Harga Elpiji 3 Kg Naik Rp 3.000
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan kenaikan harga elpiji 3 kilogram (kg). Alasannya, sejak tahun 2007 elpiji bersubsidi ini belum pernah mengalami perubahan harga. Padahal, harga keekonomiannya terus naik sehingga subsidi terancam membengkak.
"Sejak 2007 harganya ini belum berubah," kata Menteri ESDM Ignasius Jonan di Jakarta, Selasa (6/6). Karena itu, pemerintah ingin menaikkan harga jual elpiji 3 kg sebesar Rp 1.000 per kg atau Rp 3.000 per tabung.
Namun, rencana tersebut masih akan dibahas dalam rapat kabinet sebelum diajukan dalam rapat pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). (Baca: Kementerian ESDM Taksir Subsidi Elpiji Membengkak Jadi Rp 42 Triliun)
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N Wiratmaja Puja mengatakan, ada beberapa pertimbangan untuk mengevaluasi harga elpiji 3 kg. Salah satunya adalah tren harga acuan yang masih tinggi.
Jika harga elpiji 3 kg tersebut tidak dievaluasi, Wiratmaja khawatir anggaran subsidinya akan membengkak. "Harga elpiji dunia masih tinggi sehingga proyeksi subsidi elpiji akan jauh lebih besar dari yang dianggarkan di APBN," kata dia kepadaKatadata, Selasa (6/6).
Namun, sebelumnya pemerintah perlu membahasnya dengan DPR untuk mengetahui besaran subsidi. Pembahasan ini akan mulai dilakukan pada rapat pembahasan APBNP 2017 di Komisi VII DPR. (Baca: Gandeng Bank BUMN, Penyaluran Subsidi Elpiji Pakai Kartu Mulai 2018)
Di tempat terpisah, Direktur Pemasaran Pertamina Muchammad Iskandar mengatakan harga keekonomian elpiji saat ini sudah berkisar Rp 10.500 per kg. Sementara harga jual ke masyarakat saat ini hanya Rp 4.750 per kg. Artinya, pemerintah harus menanggung selisih harga tersebut sebesar Rp 5.750 per kg.
Iskandar khawatir jika pemerintah tidak turun tangan mengatasi ini maka anggaran subsidi kian membengkak. "Yang lebih mengkhawatirkan itu beban subsidinya yang meningkat, karena konsumsi juga terus meningkat," kata Iskandar di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/6).
Selain itu, tren patokan harga elpiji yakni CP Aramco BBM masih terus meningkat. Pada APBN 2017, pemerintah mengasumsikan harga CP Aramco sebesar US$ 300 per metrik ton (MT), namun kini sudah mendekati US$ 400 per MT, tepatnya US$ 390 per MT.
(Baca:Pertamina Siap Tambah Pasokan Elpiji Selama Lebaran)
Menurut Iskandar, kenaikan harga acuan itu sebenarnya tidak bermasalah bagi Pertamina. Alasannya, masih disubsidi dan dana itu akan diganti oleh pemerintah. "Meski harga naik, kami tak terpengaruh karena nanti biaya kami di-reimbursepemerintah," kata dia.