Teknisi iPhone Bocorkan Video Seks, Siswa Dapat Jutaan Dolar dari Apple

pada 4 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Ilustrasi (Foto: Thom Bradley / Unsplash)

Uzone.id- Apple dilaporkan telah membayar jutaan dolar sebagai kompensasi kepada siswa berusia 21 tahun, setelah teknisi perbaikan iPhone menyalin gambar di iPhone siswa itu lalu membagikannya di media sosial.

The Telegraphmelaporkan pertama kali bahwa seorang siswa berusia 21 tahun yang tinggal di Oregon membawa iPhone miliknya ke pusat perbaikan di California pada tahun 2016, yang dioperasikan oleh kontraktor Apple Pegatron.

Sepasang teknisi yang bekerja memperbaiki perangkat kemudian memposting 10 foto yang diambil dari iPhone siswa itu "dalam berbagai tahap menanggalkan pakaian dan video seks" ke Facebook. Seolah-olah siswa itu yang membagikannya.

Gambar-gambar itu kemudian dihapus setelah teman-teman memberitahunya.

Pelanggaran itu terjadi di fasilitas perbaikan di pinggiran kota Sacramento, California.

BACA JUGA:Kominfo Bagi Tiga Lapisan Frekuensi 5G

Apple tidak disebutkan dalam gugatan itu, cuma disebut sebagai "pelanggan" untuk menjaga kerahasiaan masalah itu.

Apple kemudian disebut sebagai "pelanggan" dalam gugatan terpisah yang tidak terkait, tambahThe Telegraph.

Wanita, yang tidak disebutkan namanya, mengirim teleponnya ke Apple setelah ia berhenti bekerja. Karyawan di perbaikan Apple itu kemudian dipecat.

Tidak jelas jumlah kompensasi yang diberikan Apple kepada siswa tersebut, namun pengajuan hukum menunjukkan pengacaranya meminta USD5 juta atau sekitar Rp71,3 miliar (Rp14.235 per USD1) sebagai "tekanan emosional yang parah".

Juru bicara Apple mengatakan kepada The Telegraph bahwa pihaknya segera mengambil tindakan setelah mengetahui situasi itu.

"Kami menjaga privasi dan keamanan data pelanggan kami dengan sangat serius dan memiliki sejumlah protokol untuk memastikan data dilindungi selama proses perbaikan," kata juru bicara Apple.

"Ketika kami mengetahui pelanggaran berat terhadap kebijakan kami di salah satu vendor kami pada tahun 2016, kami segera mengambil tindakan dan sejak itu terus memperkuat protokol vendor kami." (Daily Mail)