Telegram Kesandung Kasus Konten Pornografi Deepfake di Korsel

pada 4 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id —Usai membuat gara-gara di Prancis (dan negara lain, termasuk Indonesia), Telegram kini menyebabkan kerusuhan besar di Korea Selatan. Terbaru, pihak berwajib Korea Selatan menemukan adanya komunitas kejahatan seksual di platform Telegram.

Dalam laporan yang dibagikanFrance24,pihak kepolisian Korea Selatan menemukan adanya chatroom ilegal yang dioperasikan oleh mahasiswa, chatroom ini diketahui menjadi tempat berbagi konten pornografi deepfake.

Parahnya, konten deepfake pornografi ini memakan korban dari kalangan anak-anak, tokoh idola K-Pop dan remaja. Hal ini tentu mengundang amarah dari berbagai pihak, bahkan menjadi perhatian tingkat internasional.

 

 

Apalagi selama satu pekan ke belakang, pihak kepolisian Korea Selatan menerima laporan tentang pornografideepfakedan menambahkan bahwa mereka telah mengidentifikasi 24 tersangka.

Adanya kasus ini juga mendorong pemerintah Korea Selatan untuk melakukan penyelidikan pada Telegram yang menjadi platform dimana kejahatan seksual tersebut berada. Bahkan, Korea Selatan menuduh Telegram sudah bersekongkol dengan kejahatan tersebut.

“Sehubungan dengan kejahatan (deepfake) ini, Badan Kepolisian Nasional Seoul meluncurkan penyelidikan minggu lalu (pada Telegram) dengan tuduhan bersekongkol dengan kejahatan tersebut," kata Woo Jong-soo, kepala biro investigasi di Badan Kepolisian Nasional.

Telegram yang saat ini mendapat tuduhan yang sama dari Prancis, belum menanggapi permintaan investigasi dari Korea Selatan. Pihaknya juga akan mencari cara untuk memperketat penyeledikan pada Telegram, termasuk dengan Prancis.

 

 

“Polisi Korea Selatan berjanji mencari cara untuk bekerja sama dengan berbagai lembaga investigasi, termasuk Prancis, untuk meningkatkan penyelidikan mereka ke dalam platform tersebut,” tambah Woo.

Telegram sendiri belum memberikan respon terkait adanya permintaan penyelidikan ini.

Ini bukan satu-satunya kejahatan seksual yang ditemukan kepolisian Korea Selatan di Telegram, sebelumnya ditemukan juga sebuah komunitas grup chat dimana para anggota yang diketahui berjumlah ratusan ribu berbagi konten asusila anggota keluarganya yang direkam tanpa consent.