Telkomsel: 5G Belum Siap Dikomersialkan di Asian Games 2018

pada 7 tahun lalu - by

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika mengharapkan pekan olahraga Asian Games di Jakarta dan Palembang pada 2018 bisa menjadi ajang unjuk gigi kecanggihan teknologi, termasuk akses komunikasi dan internet.

Menkominfo Rudiantara mengatakan pihaknya ingin teknologi 5G bisa disediakan di dua kota tuan rumah tersebut. TUjuannya tentu untuk memungkinkan atlet asing merasakan kecepatan berselancar internet di Tanah Air.

Menurut Vice President Technology System Telkomsel Ivan C Permana, perusahaannya mungkin bisa memberikan demo 5G. Namun untuk mengkomersialkannya, Telkomsel mengaku belum siap.

"Terus terang teknologi 5G sampai hari ini belum siap (untuk komersial), termasuk untuk ajang Asian Games 2018. Yang bisa kami lakukan mungkin melakukan demo 5G," terang Ivan saat berbincang di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (23/8).


Mengenai demo, Telkomsel hingga kini masih menggodok kemungkinan apakah masyarakat luas juga akan bisa mencobanya. Sebab, perangkat untuk 5G nantinya masih belum sesuai dengan ekspektasi pasar.

Ivan juga menyatakan bahwa 5G tidak bisa dipandang semata sebagai teknologi peningkatan 4G. Pasalnya, seluruh komponen yang digunakan di teknologi ini berbeda. Spektrum yang dibutuhkan dan regulasi yang mengaturnya juga sama sekali berbeda.

"Kalau orang mengasumsikan bahwa 5G adalah tambahan dari 4G, itu adalah persepsi yang salah. Ibaratnya seperti rel kereta api yang kita miliki hari ini di Jakarta-Bandung dengan kereta cepat di Jepang; semuanya berbeda mulai dari gerbong, rel hingga stasiunnya," Ivan mengandaikan.


Oleh sebab itu, kata dia, perlu waktu yang tidak sedikit untuk beralih ke teknologi ini. Apalagi, biaya untuk alih teknologi ke teknologi generasi kelimajuga sangat besar mengingat pita frekuensi yang dibutuhkan 5G mencapai 2GHz.

"Hari ini kalau kita melihat harga lisensi spektrum di komunikasi per 5 MHz harganya Rp 200 miliar lebih. Nah, kalau butuhnya 2 Ghz, berapa yang harus dikeluarkan? Makanya pemerintah harus pikirkan nilai ekonominya berapa? Jangan 2Ghz dibagi 5Mhz dikali Rp 200 miliar, ya mati, nggak ada yang mau,” sambungnya.

Sejauh ini, ia menerangkan bahwa belum kesepakatan antara pemerintah dan operator di seluruh dunia untuk menggunakan frekuensi mana yang dikhususkan untuk 5G. Bila nantinya kesepakatan itu sudah dibuat, barulah pemerintah Indonesia akan meregulasi penggunaan spektrum 5G.

Berita Terkait