Tentara Myanmar Menggila, Bunuhi Bayi-bayi Rohingya, Bakar Masjid
Ribuan warga Muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh setelah desa-desa mereka dibakar oleh tentara Myanmar menyusul serangan militan ke pos-pos militer. Militer Myanmar menggila, menghanguskan desa-desa dan membunuhi warga Rohingya, tidak peduli wanita atau bayi sekalipun.
Pemerintah Myanmar mengatakan sedikitnya 109 orang tewas dalam serbuan militer, termasuk militan, polisi dan warga sipil. Namun para aktivis pembela Rohingya mengatakan korban tewas jauh lebih banyak dari itu, sedikitnya 800 orang Rohingya dibunuh. Jumlah ini tidak bisa dikonfirmasi.
Seorang warga Rohingya di Maungdaw, negara bagian Rakhine, mengatakan desanya diserbu tentara pada Jumat pagi pekan lalu. Para tentara yang seharusnya melindungi mereka itu malah melepaskan tembakan membabi buta ke arah warga.
"Tentara pemerintah dan polisi perbatasan setidaknya membunuh 11 orang di desa saya. Ketika mereka tiba, mereka mulai menembak semua yang bergerak. Beberapa tentara melakukan pembakaran," ujar Aziz Khan seperti dikutip media Al-Jazeera.
Peluru tentara Myanmar seakan buta, tidak peduli yang siapa yang diterjangnya. Wanita dan anak-anak Rohingya, bahkan yang masih bayi, meregang nyawa.
"Wanita dan anak-anak di antara mereka yang tewas. Bahkan tidak ada ampun untuk bayi," lanjut Aziz lagi.
Pemerintah Aung San Suu Kyi mengirim tentara menyerbu desa-desa itu dengan dalih memberantas terorisme. Pekan lalu, sembilan tentara tewas setelah militan pemberontak Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (Arsa) menyerang pos-pos mereka.
Tentara Myanmar kini mengepung wilayah Maungdaw, Buthidaung, dan Rathedaung, rumah dari 800 ribu orang dan menerapkan jam malam dari pukul 6 sore hingga 6 pagi.
Pemerintah Suu Kyi justru menyalahkan teroris yang telah membakar rumah-rumah warga Rohingya. Namun kesaksian di lapangan justru sebaliknya, tentara Myanmar membunuhi warga.
Rezim Suu Kyi juga menutup akses masuk bagi jurnalis ke Rakhine untuk melaporkan keadaan di sana. Pengawas internasional juga dilarang memantau kondisi Rohingya.
Aktivis Rohingya di Eropa, Ro Nay San Lwin, mengatakan antara 5.000 hingga 10 ribu orang Rohingya terusir dari rumah mereka. Dia mengatakan, masjid-masjid dan madrasah milik Rohingya dibakar.
"Paman saya terpaksa kabur dari pemerintah dan militer. Tidak ada bantuan dari pemerintah, malah rumah mereka dihancurkan dan barang-barang mereka dijarah," kata San Lwin.
Mengutip media Arakan Times, situs berita komunitas Rohingya, tentara Myanmar telah membakar sedikitnya 1.000 rumah sejak Sabtu hingga Senin lalu.
Saat ini sekitar 6.000 warga Rohingya tertahan di perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh. Pemerintah Bangladesh menolak mereka masuk, bahkan mengembalikan ke Myanmar, untuk menemui ajal.
Situasi yang memburuk di Myanmar membuat Muslim Rohingya dihinggapi ketakutan, apalagi banyak gambar-gambar korban pembantaian tersebar di WhatsApp.
"Orang-orang membagikan video pembunuhan di WhatsApp. Video anak-anak dan perempuan dibunuh. Orang tidak berdosa ditembak mati. Anda tidak bisa bayangkan betapa ketakutannya kami," kata seorang warga di Buthidaung, Myint Lwin.
"Tidak ada yang ingin meninggalkan rumah. Muslim takut keluar, ke rumah sakit, ke pasar, kemana-mana. Situasinya sangat berbahaya," lanjut dia.