Test Ride Royal Enfield Chrome, Enak Buat Harian dan Touring (Part 1)
Uzone.id—Setelah serah terima kunci di store Royal Enfield, di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, pada Rabu (13/12/2017), segera saya naiki motor Royal Enfield Classic Chrome 500 ini.
Chrome yang saya pinjam merupakan kasta tertinggi dari Royal Enfield Classic. Sesuai namanya, kelir Chrome tampak dominan pada tangki dan spakbor di bagian depan dan belakang. Warna Chrome di tangki motor ini menjadipoint of interest,menawan perhatian. Berkesan elegan dan mewah, ciri aristokrasi Inggris.
Duduk di kursi motor ini rasanya empuk. Ergonomik.Riding position-nya nyaman dan rileks. Desain stang Chrome memudahkanhandlingdan manuver bagi pengendaranya. Pijakan kaki juga pas, membuat paha dan betis saya lurus menjejaknya.
Berkendaracafe to cafédengan Royal, dantouringjarak jauh, saya proyeksikan tidak mudah lelah dengan posisi duduk yang saya nikmati ini. Walaupun, tinggi badan saya yang 168 cm agak sedikit jinjit kakinya dengan model kursi Chrome, namun ini bukanlah masalah besar.
Ada starter electrik ya saya pencetaja. Jadi, tak perlukicksegala, yang diengkol bikin kaki pegel. mesin Royal Chrome pun menyala, tanda motor siap untuk mengaspal jalan.
Dalamtest rideini, saya tidak terlalu mengulas secara teknik. Selama beberapa jam muter-muter Kemang, Pejaten, dan Jalan Raya Mampang Prapatan di kawasan Jakarta Selatan, cukup bagi saya untuk menikmati pengalamancity ridedan cita rasalifestyleala riders Royal Enfield.
Chrome empuk suspensinya ketika saya melewati jalan rusak, berbatu kerikil, sedikit becek, masuk di gang Jalan Kemang. Sengaja saya masuk ke jalan cukup sempit untuk merasakan kelincahan mengendalikan body motor ini.
Keluar gang, saya melalui jalan raya lurus mulus. Saya berupaya mendahului mobil minibus di depan yang berjalan pelan. Gas putaran bawahnya responsif dan akseleratif berkat kapasitas 500 cc, dengan mudah melewati minibus karena situasi jalan yang relatif sepi.
Dari spek yang tercantum di brosur, bobot motor ini 187 kilogram. Karena tidak terlalu berat, lumayan lincah untuk berbelok-belok, bahkan menikung. Saya tidak ngebut,nge-gasdengan santai, sekitar 40-70 km. Dari Jalan Raya Kemang kembali memutar arah ke Jalan Raya Pejaten dan menuju Jalan Raya Mampang Prapatan yang lumayancrowdedsaat itu.
Bagi saya,ngebutitu tidak baik. Kalau maungebutdi sirkuit, bukan di jalan umum. Saya ingat, obrolan dengan Motorcycle Consultant Royal Enfield Pradikta Nugraha, menurutnya, Royal bukan motor untukspeeding. Naik Royal adalah menikmati perjalanan. “Iya,cruiser, jalan-jalan asyik aja. Santai sambil lihat-lihat pemandangan cocok naik Royal karena motor ini memang enak buat harian dantouring,” kata dia. Jadi, sepakat deh,no speeding. Mari, sama-sama kita utamakan keselamatan berkendara.
Kembali ke jalan, saya masih merasa belum lengkap mencicipi naik Royal sendirian, sementara saya melihat motor ini punya jok untukboncenger. Maka, saya kembali ke store Royal Enfield di Pejaten untuk memboncengi fotografer Uzone.id. Saya mau tahu kesan-kesannya dibonceng Royal.
“Jok boncengannya empuk nih, posisinya enak, padahal tinggi badan 170 cm. Badan bisa tegak jadinya engga gampang cape boncengan,” kata Bro Aris, rekan saya di tengah perjalanan.
Pantas saja, varian Classic yang saya kendarai ini menjadi pilihan dominan para Royal Riders. Pihak Royal Enfield menyebutkan, model Classic paling laris. Mungkin salah satunya karena posisi bangku pengendara dan boncengan terasa nyaman.
Di antara varian Classic ini, tersedia dua pilihan kapasitas mesin. Masing-masing punya penggemar tersendiri, yakni 500 cc dan 350 cc. Yang 500 cc, bermesin injeksi biasanya disukai para pencintatouring. Sedangkan, 350 cc mesinnya karburator, keren untukdaily use,misalnya, sekadarridingdari kafe ke kafe.
Gimana akselerasi Royal Enfield Chrome di jalan raya? Kemudian, larut dalam kemacetan, masihkah terasa nyaman? Ikuti terusUzone.id