Tiket Pesawat Mahal, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Setuju “Open Sky”

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Uzone.id- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mendorong upaya Pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menerapkan “open sky” atau kebijakan bersama membuka wilayah udara di Indonesia termasuk untuk maskapai asing.

Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani di Jakarta mengatakan bahwa pihaknya menduga tingginya harga tiket disebabkan kurangnya persaingan maskapai di Indonesia. Dirinya pun pernah mengusulkan kepada pemerintah untuk membuka kerja sama dengan maskapai asing agar melebarkan ekspansi ke Indonesia.

Baca juga:Harga Tiket Pesawat Mahal, Jokowi Bakal "Open Sky" untuk Maskapai Asing

"Kami pernah mengusulkan ke pemerintah agar membuka pintu masuk regional airlines ke Indonesia untuk menambah rute domestik. Bisa saja itu Jetstar, AirAsia, dan lainnya. Jadi ini tentu saja kabar yang sangat menggembirakan," kata Hariyadi dalam siaran pers dari Kementerian Pariwisata yang diterimaUzone.id.

Hariyadi mengatakan, hingga saat ini harga tiket pesawat masih terlalu mahal. Menurutnya, mahalnya tiket ini mempengaruhi bagi dunia usaha pariwisata terutama untuk jasa travel dan penginapan.

Baca juga: Vietjet Rute Ho Chi Minh-Bali Resmi Terbang

"Dengan tingginya harga tiket pesawat ini sudah tentu ada pengaruhnya bagi industri perhotelan. Yang jelas menyebabkan okupansi turun," kata Hariyadi.

Hariyadi juga mengatakan, dengan hanya ada dua maskapai penerbangan di Indonesia maka dinilai kurang ada persaingan yang sehat.

Baca juga: Serang Bakal Dikembangkan Sebagai Wisata Halal

Menurutnya, kondisi pasar duopoli memunculkan kerentanan persaingan harga yang tidak sehat dalam suatu industri. Sebab, ketika misalnya salah satu pelaku usaha menerapkan kenaikan harga, maka pelaku usaha yang lain tidak serta merta akan mempertahankan harga.

"Justru, pemain lain bisa saja melakukan kenaikan harga juga, meski tidak setinggi pemain sebelumnya. Hal ini lantaran pemain itu melihat ada peluang untuk tetap mendapat keuntungan dalam persaingan yang pasarnya dikuasai oleh dua pemain saja. Masyarakat jadi tidak ada pilihan," tuturnya.