TikTok Indonesia Tepis Tuduhan Pencurian Data Pengguna

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Pertemuan media tentang #TikTokYearEnd2019 di Jakarta Selatan, Kamis (19/12). (Foto: Uzone.id/Birgitta Ajeng)

Uzone.id– Belakangan ini, TikTok kerap menjadi bahan pembicaraan lantaran dianggap sebagai mata-mata oleh pemerintah Amerika Serikat.

Salah satu kasus yang berujung di pengadilan, yaitu TikTok (yang dulu dikenal sebagai Musical.ly) digugat atas tuduhan mengumpulkan dan mengekspos data pribadi anak di bawah 13 tahun.

Sebagai informasi, ByteDance mengakuisisi Musical.ly pada 2017, yang kemudian berganti nama menjadi TikTok, sebuah aplikasi dengan format video pendek.

ketiga perusahaan tersebut disebut sebagai terdakwa dalam gugatan yang diajukan pada Selasa, (3/12) di Pengadilan Distrik Northern Illinois Amerika Serikat.

Baca juga:Apa yang Paling Viral di TikTok Sepanjang 2019?

Menjawab anggapan soal pencurian data, Head of Public Policy TikTok Indonesia, Malaysia, Philippine, Donny Eryastha mengatakan, “Jadi sebenarnya yang jelas TikTok itu mematuhi peraturan di mana pun kami berada ya, termasuk dalam hal data pengguna,user beta,data privacygitu.”

Demikian juga dengan di Indonesia, Donny mengatakan ada peraturannya. Selain itu, Donny mengklaim TikTok aman digunakan, karena ada tim khusus yang mengawasi konten.

“Kalau menurut saya bisa dibilang aman. Sebenarnya TikTok itu ada polisinya bisa dibilang. Tidak semua konten boleh di-uploadatau ditayangkan di TikTok,” ujar Donny.

Semua konten yang ada di TikTok disebut-sebut harus memenuhi panduan komunitas. Di samping itu, ada pula teknologi yang akan mengulas konten. Bila ada konten yang tidak sesuai aturan, tidak akan bisa tayang.

Baca juga: Kontroversi TikTok, dari Sensor Konten Muslim Uighur Hingga Jual Data Anak

“Dan juga ada tim, manusia benar ya yang kemudian 24 jam sehari selama tujuh hari seminggu, intinya setiap saat, mereka juga me-review konten-konten,” tambah Donny.

Dan dari sisi fitur, Donny mengatakan ada banyak yang bisa digunakan untuk mendukung keamanan pengguna.

“Jadi misalnya akun itu bisa di-setting aktivasinya, bisa di-private, kita bisa membatasi comment dan lain-lain. Intinya, kita sendiri yang punya kontrol untuk menentukan pengalaman kita dalam menggunakan TikTok.,” katanya dalam pertemuan media tentang #TikTokYearEnd2019 di Jakarta Selatan, Kamis (19/12).