TikTok Rela Habiskan Dana Segini Demi Tak Diblokir Amerika Serikat

pada 8 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– TikTok sedang ketar-ketir saat ini. Pasalnya, tujuan pemerintah Amerika Serikat untuk memblokir platform video pendek ini semakin mendekati katadeal. 

Per hari Rabu, (24/04) hari ini, badan legislatif AS tinggal menunggu persetujuan Presiden AS untuk meloloskan RUU yang nantinya menjadi modal untuk menendang TikTok dari negara mereka.

Nah, mengetahui platformnya terancam ditendang dari Negeri Paman Sam, TikTok pun enggan diam diri. Selain membela diri dan mengajak penggunanya untuk berdemo agar AS tak mencabut akses penggunanya, TikTok juga menggelontorkan uang yang tidak sedikit.

 

 

Melansir dari The Independent UK, Rabu, (24/04), TikTok menghabiskan jutaan dolar untuk mencegah RUU tersebut diloloskan, yang pada akhirnya tetap disahkan.

Aplikasi berbagi video ini menghabiskan dana sekitar USD4,5 juta atau Rp73 miliar untuk kampanye iklan menjelang pemungutan suara Senat pada hari Selasa, (23/04).

Sementara perusahaan induk TikTok, ByteDance yang berbasis di Cina juga tidak tinggal diam, ByteDance disebut menghabiskan USD2,68 juta atau Rp43 miliar pada tahun 2024 untuk melakukan lobi dari jalur internal.

Jumlah angka ini tidak memperhitungkan uang yang dihabiskan untuk konsultan eksternal atau perusahaan lobi luar, sehingga bisa diperkirakan angka yang dihabiskan lebih dari jumlah tersebut.

 

 

"Pengeluaran ini mencerminkan upaya yang kami lakukan untuk mengedukasi para pembuat kebijakan tentang bagaimana legislasi dapat mempengaruhi komunitas kami yang terdiri dari 170 juta pengguna di Amerika," kata juru bicara TikTok.

Setelah tak berhasil menghalau RUU ini, DPR AS hanya menunggu satu langkah lagi untuk ‘mengalahkan’ TikTok, yakni persetujuan RUU dari Presiden AS Joe Biden.

Undang-undang baru ini akan mengharuskan ByteDance untuk menjual TikTok ke perusahaan AS dalam waktu satu tahun ke depan atau akan dihapus dari toko aplikasi di negara tersebut.

TikTok sendiri disebut telah membahayakan keamanan nasional AS, namun pihak perusahaan telah membantah tuduhan bahwa data dari penggunanya di AS diproses di China. TikTok juga menepis kekhawatiran bahwa algoritmanya dapat digunakan untuk menyajikan propaganda kepada warga AS.