Vagina Butuh Seks, Jika Tidak, Ini yang Akan Terjadi

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Vulvodynia atau sindromvaginamerupakan sindrom nyeri kronis di vagina yang muncul tiba-tiba, dan bisa bertahan dalam waktu lama. Kondisi ini disertai dengan simptom rasa terbakar, perih, gatal, bengkak, dan nyeri yang seringnya dijabarkan sebagai sangat-sangat menyiksa.

Pada dasarnya, vulvodynia merupakan kondisi vagina yang sangat-sangat menyakitkan, dan memengaruhi 200 ribu dan 6 juta wanita di AS setiap tahunnya.

Kondisi itu bisa menjadi masalah bagi setiap perempuan dari segala usia. Kondisi ini juga cenderung memengaruhi perempuan yang sedang mengalami atau telah mengalami menopause. Ini karena tubuh memproduksi estrogen kurang dari biasanya, yang memiliki efek pada bagaimana dinding vagina berperilaku.

Menurut Mayo Clinic, sindrom vagina juga bisa terjadi pada perempuan yang tengah melakukan pengobatan untuk kanker, terutama pada mereka yang telah menjalani pengobatan hormon untuk kanker payudara.

Kondisi ini mungkin cukup membuat Anda ingin melakukan hubunganseksdengan baik. Orgasme secara teratur dengan diri sendiri maupun pasangan dapat benar-benar menangkal gejala buruk tersebut.

Untuk menangkal kondisi ini, Anda perlu meningkatkan aliran darah ke area intim hingga mencapai klimaks, baik dengan pasangan maupun diri sendiri dengan berhubungan seks.

"Sangat penting bahwa kita memiliki kehidupan seks yang sehat dengan pasangan atau dengan diri kita sendiri. Orang sering mengatakan, 'Saya tidak memiliki kehidupan seks karena saya tidak memiliki pasangan.' Lupakan itu, dan lakukan hubungan seksual dengan dirimu sendiri," kata Louise Mazanti, seorang terapis seks yang berbasis di London.

"Ini tentang penggunaan pijat dan menyentuh jaringan sehingga menjadi hidup, darah mengalir, dan jaringan menjadi elastis. Ini benar-benar tentang melatih jaringan," sambungnya.

Mazanti juga mengatakan, kehilangan kemampuan untuk melakukan hubungan seks bukan hanya masalah fisik, namun bisa memiliki beberapa efek samping yang serius pada kesehatan mental seseorang.

"Bila kemampuan Anda berhubungan seks dan keinginan Anda untuk melakukan hubungan seks berkurang, itu adalah perubahan identitas yang besar. Anda mulai mempertanyakan 'Siapa saya sekarang jika saya bukan perempuan yang mengidamkan seksual?' Hal itu bisa menyebabkan depresi dan krisis identitas dan pertimbangan mendalam akan sifat eksistensial," tandasnya