WAC 2017: Persiapan Menuju Puncak Bayangan
Saat ini sudah tak berlaku lagi pembatasan gender dalam dunia petualangan.
Peserta Women Adventure Camp (WAC) 2017 yang terdiri dari remaja putri dan ibu-ibu itu bergegas menuju ruang makan lesehan Gunung Bale Resort (GBR) dan segera melakukanrepacking.
Mereka baru saja diarahkan oleh Bambang Hertadi Mas, Tim EIGER Adventure Service Team (EAST), tentang kegiatan yang bakal dilakukan.
Pria yang akrab dipanggil Paimo itu meminta peserta mengeluarkan barang bawaan dari ransel atau tas masing-masing, dan memasukkannya kecarrieryang telah disediakan panitia.
“Wakturepackinghingga pukul 13.30 WIB, karena setelah itu akan ada upacara pembukaan. Gunakan waktu kalian semaksimal mungkin. Yang mau makan ataupun shalat, silakan,” kata Paimo.
Tim EAST kemudian membagi peserta dalam 15 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Tiap kelompok akan tinggal di satu tenda. Panitia telah menyediakan tenda 15 tenda di Puncak Bayangan, Gunung Penanggungan.
Usairepacking, tepat pukul 13.30 WIB, peserta bergerak menuju tanah lapang yang terletak di bagian ujung selatan GBR untuk melaksanakan upacara pembukaan. Upacara dipandu oleh Anggota Tim EAST, Galih Donikara. Pria bertubuh tinggi besar itu juga akan memandu seluruh kegiatan WAC 2017 yang berlangsung selama tiga hari.
Dalam upacara yang digelar secara sederhana, Galih menerangkan tentang pentingnya memperingati perjuangan Kartini dalam membebaskan masyarakat dari belenggu yang membatasi kaum perempuan. “Kita hari ini berkumpul di sini untuk memperingati Hari Kartini yang dipadu dengan petualangan,” ujarnya.
Ia juga menerangkan sejumlah progam yang digelar EAST dalam rangka menyebarkan semangat petualangan bagi pecinta alam Tanah Air. Di antaranya mendaki gunung, panjat tebing, gowes bareng Paimo, arum jeram, dan petualangan alam bebas lainnya.
Menurut Galih, saat ini sudah tak berlaku lagi pembatasan gender dalam dunia petualangan. Ia mencontohkan keberhasilan Junko Tabei mencapai puncak Everest. Pendaki gunung wanita asal Jepang itu berhasil mencapai puncak Everest pada 1975.
“Keberhasilan Tabei mendaki Everest ini membuktikan bahwa perempuan bukanlah kelas kedua dalam dunia petualangan. Tidak ada perbedaan gender dalam hal ini,” tegas Galih.
Kemudian, kata dia, ada Clara Sumarwati yang tercatat sebagai wanita Indonesia pertama sekaligus wanita pertama di ASEAN yang mencapai puncak Everest. Dunia petualangan tak lagi didominasi kaum lelaki, tapi juga wanita. "Karenanya, jejak langkah dan semangat mereka itu kita hadirkan dalam WAC.”
<[!--PAGEBREAK--!]>
Pada kesempatan itu, Kang Galih—panggilan akrab Galih Donikara—juga meminta seluruh peserta agar menggunakan sepatu kala mendaki. “Jangan memakai sandal. Lindungi kaki kalian, sayangi kaki kalian!” pesannya. Sebab, ia melihat masih ada peserta yang mengenakan sandal gunung.
Dalam hal ini, ia menegaskan, EAST takkan bersikap kompromi. Jika ada peserta yang enggan menerima ketetapan panita, maka pihaknya takkan segan mengembalikan uang peserta dan membatalkan keikutsertaannya dalam acara ini. “Jadi, tolong ya! Perhatikan betul soal ini. Harus memakai sepatu kalau mau mendaki,” tegasnya.
WAC kali ini, peserta akan didampingi oleh empat orangbrand ambassadorEIGER. Mereka adalah Jessica Katharina (presenter), Putri Malino (presenter, Dinni Septianingrum (1000 guru), dan Anggi Prisca (Aksa 7).
Sekretaris Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Tamiajeng, Khoirul Anam, yang turut memberikan sambutan dalam upacara, menyampaikan informasi terkait Gunung Penanggungan. Ia mengatakan Gunung Penanggungan dikelola oleh LMDH.
“Mungkin satu-satunya gunung yang dikelola oleh LMDH adalah Gunung Penanggungan ini,” ujarnya. “Gunung Penanggungan termasuk gunung yang paling bersih. Karenanya, mohon rekan-rekan yang akan naik agar menjaga kebersihan.”
Ada empat pos yang harus dilalui peserta sebelum mencapai Puncak Bayangan. Tiap pos akan dijaga oleh relawan dan tim medis. Hal ini untuk membantu peserta yang mengalami kejadian tak terduga ataupun membutuhkan pertolongan.
Anam lantas menyarankan peserta untuk memeriksa barang bawaan sebelum mendaki. Biasanya, kata dia, pendaki yang kecapekan akan mudah kehilangan kontrol. Akibatnya, barang bawaan kerap hilang atau tertinggal. Barang-barang yang sering hilang di Gunung Penanggungan adalah telepon genggam dan dompet.
Anam juga menjelaskan, hari ini diprediksi turun hujan. Ia meminta para pendaki mematikan telepon seluler saat hujan. “Jika turun hujan disertai petir maka telepon genggam segera dimatikan. Sebab, sinyal telepon seluler dapat memicu atau mengundang petir," ujarnya.
Selain itu, menurut Anam, peserta WAC hendaknya mencukupi kebutuhan air, karena di Gunung Penanggungan tidak terdapat sumber air. Standar air yang harus dibawa seorang pendaki menuju Puncak Penanggungan sebanyak tiga liter. Satu liter untuk berangkat, satu liter untuk turun, dan satu liter untuk berkegiatan di atas. Misalnya, untuk minum, masak dan lain-lain.
Usai upacara pembukaan, tepat pada pukul 15.00 WIB, peserta memulai pendakian.Mereka berjalan berurutan sesuai kelompok.