Waktu yang Tepat Mengedukasi Anak tentang Seks

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Anak-anak zaman sekarang banyak yang sudah terpapar informasi seks dari film, internet, hingga media sosial. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan gadget yang semakin marak pada anak-anak.

Daripada anak mengetahui dari sumber lain, maka orangtua sebaiknya sudah memberikan edukasi seks kepada anak sejak dini. Menurut psikolog Ratih Andjayani Ibrahim, waktu yang tepat untuk memberikan edukasi seks kepada anak adalah ketika anak mulai bertanya.

"Kapan waktunya, ya ketika anak sudah mulai melemparkan pertanyaan tentang hal itu. Jadi orangtua sudah harus siap bagaimana menjawabnya," ujar dia di sela-sela bedah buku 'I Am Me' Series karya Robyn Soetikno, di Kinokuniya Plaza Senayan, Jakarta, Sabtu (14/1/2016).

Ratih menambahkan, edukasi seks bisa dimulai dengan mengajarkan anak perbedaan antara organ seksual dengan organ tubuh lainnya. Misalnya, kata dia, hidung, mata, bibir, itu tidak masalah jika dilihat orang lain. Namun berbeda dengan organ seks atau juga disebut organ kemaluan.

"Penis untuk laki-laki, payudara dan vagina untuk perempuan, itu harus ditutup, karena kalau terbuka malu, sehingga disebut kemaluan," tambah dia.

Kemudian, lanjut Ratih, orangtua harus menanamkan pemahaman bahwa alat kelamin merupakan media di mana Tuhan akan berkarya, sehingga anak harus benar-benar menjaganya.

"Karena suci, jadi diperlakukannya harus berbeda. Organ kemaluan harus benar-benar dijaga sampai nanti dia dewasa dan mengerti apa fungsi dari organ kemaluan itu," tambah dia.

Namun memang, tak semua orangtua memiliki keberanian atau kecakapan pengetahuan untuk memberikan penjelasan tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi seorang penulis muda lulusan Public Health dari Amerika Serikat dan Master of Sciences dari International Health Management di United Kingdom, Robyn Soetikno, untuk membuat buku berjudul 'I Am Me' series.

Buku ini memberikan gambaran bagaimana anak remaja harus bersikap ketika mengalami masa puber, tanpa harus ketakutan dengan perubahan yang dialaminya. Dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik, Robyn mengatakan bahwa buku ini mudah dimengerti oleh anak dalam memahami perubahan saat dirinya beranjak remaja.

"Seri 'I Am Me' ini bisa menjadi media informatif bagi anak khususnya yang memasuki masa pubertas, agar ia tahu bahwa yang ia alami bukanlah sesuatu yang menyeramkan atau memalukan. Buku ini juga dilengkapi dialog antara orangtua dan anak mengenai pertanyaan yang biasa diungkapkan anak ketika beranjak remaja," tambah Robyn.

Buku seri 'I Am Me' terdiri dari empat judul, mengisahkan anak perempuan yang mengalami dan mengamati perubahan fisik yang dikisahkan dalam I'm Changing, pengalaman haid pertama dalam judul I'm a Little Lady, pengalaman perubahan perilaku dan berusaha tampil menarik dalam judul I'm Perfect, serta perubahan fisik lainnta yang umum dialami anak perempuan dalam judul I'm Growing Up.

 

Berita Terkait: