Waspada Penipuan Mahasiswa Kedokteran Minta Foto Bugil untuk Riset
Media sosial Twitter tengah ramai dengan kasus ‘mahasiswi kedokteran’ palsu yang meminta foto-foto setengah telanjang dari seorang jurnalis televisi bernama Dana Paramita.
Dalam cuitannya di Twitter melalui akun @paramitadana, ia mengaku ada seseorang yang mengirimkan chat melalui Line dan mengaku sebagai teman Dana, bernama Levina. Saat ini, Levina tengah menempuh pendidikan Kedokteran di Universitas Diponegoro (UNDIP).
Dalam chat tersebut, orang yang mengaku sebagai Levina meminta bantuan Dana untuk mengirimkan fotofull bodydalam keadaan hanya mengenakan pakaian dalam. Alasannya, ia sedang melakukan riset bertajuk 'Perbandingan Analisis Gizi dan Warna Kulit Wanita yang Sudah dan Belum Melahirkan'.
Untung saja, berkat saran dari salah satu temannya yang berprofesi sebagai dokter, Dana urung mengirim gambar tersebut. Benar saja, ternyata gambar setengah telanjang itu bukan diminta oleh Levina yang sesungguhnya.
Dana berupaya mengkonfirmasi ke Levina temannya lewat aplikasi pesan WhatsApp. Ternyata, Levina yang asli bercerita bahwa ini sudah beberapa kali ada orang yang menggunakan namanya untuk meminta foto setengah bugil dengan alibi penelitian kedokteran. Levina mengaku ada orang mengatasnamakan dirinya serta profesi dokter untuk mengumpulkan foto tak senonoh lewat aplikasi pesan Line.
Menanggapi hal ini, Sekjen Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesi (IDI), dr Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT, menegaskan bahwa tidak ada dokter yang diperbolehkan untuk meminta foto-foto riset secara serampangan seperti itu.
Seorang dokter maupun calon dokter harus patuh pula dengan kode etik profesi dan etika riset yang berlaku di Indonesia. Suatu riset kedokteran yang melibatkan makhluk hidup membutuhkanethical clearance(EC) atau kelayakan etik. Ini merupakan keterangan tertulis dari komisi etik penelitian yang menyatakan proposal riset terkait telah layak dilaksanakan setelah memenuhi syarat tertentu.
Seorang peneliti dalam bidang kedokteran sepatutnya memberi tahu responden atau objek penelitiannya tentang tujuan riset, memberi informasi tentang kelayakan etik, serta harus mendapat persetujuan keikutsertaan penelitian.
“Dalam proses penelitian, itu ada yang namanyaethical clearance. Ethical clearanceitu harus melalui proses etik yang juga nanti hal-hal yang dalam proses penelitian itu harus sesuai,” kata Adib saat dihubungi olehkumparanSAINSpada Senin (7/1).
Untuk penelitian kedokteran, tidak bisa dokter hanya meminta foto-foto objek penelitiannya seperti itu. Apabila dokter atau mahasiswa kedokteran ingin melibatkan seseorang sebagai obyek penelitiannya, maka orang tersebut harus bertemu langsung dengan peneliti, sekaligus menandatangani persetujuan untuk terlibat dalam penelitian.
“Harus datang, harus melakukan pemeriksaan, mau pemeriksaan di tingkat S1, S2, maupun S3, dia harus datang. Berkontak secara langsung. Kemudian dia harus menandatangani persetujuan untuk menjadi ‘objek’ penelitian. Proposal penelitian harus melalui ethical clearance,” lanjut Adib saat dihubungi melalui telepon. “Itu ada aturan-aturan dan semua mahasiswa diajarkan seperti itu.”
Apa yang dilakukan Levina palsu dengan Dana disebut Adib sebagai perbuatan kriminal dan sudah sepantasnya, pihak-pihak yang merasa dirugikan bisa melaporkan tindakan tersebut agar dilakukan proses hukum.
“Saya kira ini kriminal murni,” kata Adib. “Jadi saya kira sudah sepantasnya bagi pihak yang dirugikan bisa melaporkan ke pihak kepolisian.”
Karena itu, waspadalah, bila ada orang yang mengaku sebagai mahasiswa kedokteran atau bahkan sebagai dokter dan meminta foto-foto tidak senonoh dengan alasan riset. Jangan pernah berikan foto dirimu! Hal tersebut jelas tidak sesuai dengan etika dalam proses penelitian kedokteran, bahkan mungkin akan digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan dirimu.