Waspadai Penularan HIV Lewat Donor ASI

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Pemberian air susu ibu memang sangat dianjurkan demi kesehatan bayi. Namun, bagi para ibu yang sibuk sering tak punya waktu menyusui, biasanya solusinya dengan mencari donor ASI.

Namun hati-hati karena asal memberikan ASI dari donor bisa berisiko. Menurut Ketua Satgas ASI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Elizabeth Yohmi SpA, IBCLC, data terbaru HIV di Indonesia menunjukkan tren kenaikan dan kasus HIV tertinggi ketiga pada kelompok ibu rumah tangga.

"Umumnya ibu rumah tangga ini tertular dari suami dan belum tentu ia menyadari terinfeksi HIV. Bisa dibayangkan jika mereka menjadi pendonor ASI tentu akan menularkan pada bayi-bayi lain," ujarnya di Jakarta.

Menurutnya, kasus HIV prenatal juga cukup tinggi, yaitu 2,8 persen transmisi virus dari ibu ke anak. Sayangnya, tidak semua ibu tahu persoalan ini.

Seperti dialami Pradaningrum Mijarto, konsultan Heritage, yang 3,5 tahun lalu mendadak mendapatkan anugerah mengurus bayi perempuan. Hal ini dikarenakan adiknya yang baru melahirkan meninggal dunia.

Ia yang tidak punya pengalaman sama sekali mengurus bayi, tidak tahu apa yang dilakukan. Perawat menganjurkan mencari donor ASI.

Tanpa bekal informasi yang cukup ia pasrah saja menerima ASI donor. "Saya tidak tahu bahwa seharusnya donor ASI diberikan jika jenis kelamin anak sama. Tetapi si ibu itu bilang tidak apa-apa dan justru dialah yang menjadi donor utama sampai 9 bulan," kata Dani. Setelah tahu tentang aturan donor ASI dan potensi penularan penyakit, Dani berniat memeriksakan anaknya untuk kemungkinan tertular virus.

Dr Yohmi, mengakui bahwa pembentukan Bank ASI di Indonesia masih terhambat persoalan peraturan terutama dari segi agama, dana untuk skrining dan fasilitas penyimpanan ASI.

"Penting untu memberikan sosialisasi yang benar. Edukasi paling penting adalah mengajak," ucap Dr Yohmi.

Untuk itu ia menyarankan, agar ibu hamil mempersiapkan proses pemberian ASI sejak dini. Antara lain dengan mengikuti kelas laktasi, minimal dua kali selama kehamilan.