Home
/
Health

Anak dan Remaja Perlu Hindari Minuman Berenergi

Anak dan Remaja Perlu Hindari Minuman Berenergi

Muhammad Hafil09 July 2018
Bagikan :

Minuman berenergi atau energy drink berkafein tinggi tidak aman untuk anak-anak dan remaja dan tidak boleh dipasarkan kepada mereka. American College of Sports Medicine (ACSM) di Amerika Serikat merilis pernyataan resmi tentang hal tersebut.

"Minuman berenergi sangat populer dan kekhawatiran tentang tingginya angka konsumsi datang dari masyarakat. Itulah sebabnya kami menerbitkan rekomendasi ini," kata profesor kedokteran di University Texas McGovern Medical Shool, Houston, J
ohn Higgins, dilansir dari Consumer Healthday, Senin (9/7).

Anak-anak dan remaja berisiko sangat tinggi terhadap komplikasi minuman berenergi. Ini karena ukuran tubuh mereka lebih kecil dan masih dalam masa aktif-aktifnya.
Peringatan ini berlaku untuk minuman seperti Red Bull dan Full Throttle. Minuman ini faktanya tidak ditujukan untuk anak-anak dan remaja, sehingga perlu dipublikasikan meluas.

"Peninjauan kami menunjukkan kadar kafein berlebihan ditemukan pada minuman berenergi, sehingga berdampak buruk pada sistem kardiovaskular, neurologis, gastrointestinal, ginjal dan endokrin, serta gejala kejiwaan," kata Higgins.

Tiga hal direkomendasikan ACSM. Pertama, hentikan pemasaran minuman bernergi ke kelompok berisiko, terutama anak-anak. Ini termasuk pemasaran minuman berenergi di acara-acara olah raga yang melibatkan remaja dan anak-anak.

Kedua, hindari mengonsumsi minuman berenergi sebelum, selama, dan setelah berolah raga berat. Beberapa kasus kematian kadang terkait dengan ini. Ketiga, mendidik konsumen tentang perbedaan antara soda, kopi, minuman olah raga, dan minuman berenergi. Pendidikan ini perlu dimasukkan dalam kelas gizi, kesehatan, dan kebugaran di sekolah.

Dokter juga perlu dilibatkan dalam edukasi dan diskusi penggunaan minuman berenergi pada pasien mereka. Penyedia layanan kesehatan juga didesak memberi tahu efek samping berbahaya kepada lembaga pengawas obat dan makanan.
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of Current Sports Medicine Reports Februari lalu. ACMS sendiri merupakan organisasi ilmu kedokteran olah raga terbesar di dunia. 

populerRelated Article