icon-category Digilife

Antisipasi Layanan Ditutup, Ini Strategi Hooq Indonesia

  • 09 Apr 2020 WIB
Bagikan :

(Logo Hooq/dok. Business Insider)

Uzone.id -- Layanan streaming Hooq sedang menanti keputusan Singtel selaku pemilik saham perusahaan yang belum lama ini mengajukan voluntary liquidation yang artinya operasi bisnis Hooq terancam ditutup.

Dari penuturan Guntur Siboro selaku Country Head Hooq Indonesia, Singtel mengajukan voluntary liquidation pada 27 Maret lalu, kemudian berencana untuk membahasnya lebih lanjut bersama berbagai pihak seperti kreditor, likuidator, dan stakeholder pada tanggal 13 atau 14 April mendatang.

Nah, dalam rentang antisipasi ini, apa yang dilakukan Hooq Indonesia?

“Setelah Singtel mengatakan telah voluntary liquidation, kami langsung menyuguhkan paket layanan Hooq mingguan yang berlaku selama 7 hari. Jadi yang bulanan langsung kami tiadakan,” ungkap Guntur saat berbincang dengan Uzone.id, Kamis (9/4).

Baca juga: Penjelasan Bos Hooq Soal Layanannya yang Terancam Ditutup

Dia melanjutkan, “kemudian setelah beberapa hari, kami menggantinya dengan layanan berlangganan harian. Jadi bagi pengguna setia Hooq masih tetap bisa mengakses Hooq sampai solusi dari Singtel dan pihak lain keluar.”

Strategi tersebut dibuat sebagai bentuk antisipasi jika layanan Hooq benar-benar ditutup, karena jika berlangganan bulanan tetap ada, ke depannya akan sulit menghitung sisa hari langganan.

“Sejauh ini sih pelanggan kami, apalagi yang di internet, jarang yang komplain ya, karena kebanyakan gak masalah jika dari langganan bulanan menjadi mingguan atau harian. Justru yang akan terasa jika ada paksaan dari harian menjadi bulanan. Jadi strategi begini sudah biasa,” katanya lagi.

Guntur mengaku pihaknya berharap dari rapat nanti, akan keluar solusi terbaik bagi semua pihak. Namun jika memang layanan Hooq dapat terus dipertahankan, akan membutuhkan waktu sekitar 14 hari sejak solusi dibuat sampai layanan ini berjalan normal kembali.

Menurutnya, apapun keputusan yang berasal dari Singtel sebagai pemegang saham, sifatnya mengikat, tidak bisa berbeda terhadap operasional Hooq di Indonesia.

Baca juga: LDR di Tengah Pandemi Corona? Ini Cara Manfaatkan Layanan Nobar Netflix

“Keputusannya memang berada di tangan induk Hooq yang bermarkas di Singapura. Tentu Hooq Indonesia akan dihentikan jika induknya dihentikan, karena semua content rights dipegang di Singapura. Kalau kontennya tidak ada, ya bagaimana mau beroperasi,” lanjut Guntur.

Diketahui Singtel mengalami turbulensi perekonomian yang melanda Singapura sejak kuartal keempat 2019. Dari penjelasan Guntur, sejak pertengahan tahun 2019 pun ekonomi Singapura sudah mulai gonjang-ganjing akibat perang dagang Amerika-China.

Kemudian muncul pandemi COVID-19 yang menjadi puncak dari keputusan Singtel tersebut. Diketahui Singtel sedang memprioritaskan inti bisnisnya yang bergerak di sektor telekomunikasi.

“Kami dari Indonesia tentu saja berharap bisnis Hooq di Indonesia masih bisa berjalan, bisa berlanjut. Solusi lainnya, bisa saja ada pihak lain yang berminat mengakuisisi. Saya sempat dengar rumor, ada beberapa pihak yang menyatakan berminat untuk membeli, tapi hal ini pastinya masih harus dibahas lagi,” kata Guntur.

Sejauh ini Hooq beroperasi di 5 negara di Asia Tenggara, yakni Singapura, Indonesia, India, Thailand, dan Filipina. Jika dari induknya nanti diputuskan harus berhenti, maka keseluruhan operasional Hooq akan berhenti juga.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini