AS Makin Parno, Apple dan Google Diminta Usir TikTok dari Play Store
Ilustrasi foto: Solen Feyissa/Unsplash
Uzone.id - Seorang anggota Komisi Komunikasi Federal di AS meminta Google dan Apple untuk menghapus aplikasi populer TikTok dari toko aplikasi mereka.
Hal ini muncul akibat kekhawatiran AS akan aplikasi video pendek ini yang disebut bisa mengirimkan data pengguna Amerika ke Beijing, Tiongkok. Rupaya, AS masih saja parno dengan Tiongkok, ya.Dilansir dari The Seattle Times, Kamis, (30/06/2022), dalam sebuah surat pernyataan, Brendan Carr yang merupakan seorang komisaris Partai Republik percaya kalau pola perilaku TikTok dan mis-representasi mereka mengenai akses tak terbatas orang-orang Beijing ke data pengguna AS melanggar standar Apple dan Google.
Oleh karena itu, Brendan meminta 2 toko aplikasi ini untuk mengeluarkan TikTok dari platform mereka.
Baca juga: Puluhan Aplikasi Ini Bebas dari Ancaman Blokir Kominfo
“TikTok sudah lama mengklaim kalau data pengguna AS. telah disimpan di server AS, namun hal itu tidak memberikan perlindungan terhadap data yang diakses dari Beijing,” tulisnya.
Walau ucapan ini mungkin susah untuk diwujudkan karena FCC sendiri tak mengatur toko aplikasi, namun ini menunjukkan kalau para pembuat kebijakan banyak yang parno soal perusahaan teknologi Tiongkok.
Para pejabat ini takut kalau perusahaan induk TikTok, ByteDance, akan mengekspos data pengguna AS ke pemerintah Tiongkok. Bahkan, mantan presiden AS, Donald Trump pernah memaksa ByteDance untuk memilih menjual aplikasi mereka atau keluar dari toko aplikasi.
Sementara itu, pemerintahan Biden memang sudah mempertimbangkan langkah-langkah untuk menjauhkan data Amerika dari Tiongkok, tapi belum sampai bikin TikTok lepas dari induknya di China.
Baca juga: Ultimatum Kominfo buat Google, Meta dkk: Daftar PSE atau Diblokir!
TikTok sendiri mengatakan kalau mereka telah bergerak untuk mencegah karyawan di China mengakses data penggunanya. Pihak aplikasi video pendek ini juga mengatakan kalau pihaknya sudah merutekan semua data pengguna AS melalui server yang dikendalikan Oracle, sebuah platform cloud dari Amerika.
Sementara itu, Apple dan Google sendiri enggan memberikan tanggapan soal ini.