icon-category Health

Aspirin Bantu Pasien Kanker Payudara Hidup Lebih Lama, Benarkah?

  • 13 Aug 2019 WIB
Bagikan :

Aspirin atau asam asetil salisilat adalah bentuk olahan senyawa salisin yang terdapat dalam banyak tumbuhan. Aspirin ini berkerja dengan menghambat enzim yang memproduksi dan mengatur kerja prostaglandin.

Prostaglandin merupakan senyawa yang diproduksi saat terjadi peradangan.

Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of North Carolina menunjukkan aspirin dapat membantu pasien kanker payudara untuk hidup lebih lama.

Melansir Daily Mail, aspirin untuk pasien kanker bekerja dengan cara meredam peradangan. Kemungkinan alasannya adalah karakteristik genetik dari tumor dan sang pasien.

Bukti mereka yang diterbitkan di jurnal CANCER pada Selasa (12/8/2019) menunjukkan bahan kimia dalam aspirin dapat memengaruhi metilasi DNA.

Metilasi DNA adalah proses penambahan gugus metil pada DNA, melansir isainsmedis.id.

Ilustrasi (shutterstock)
Ilustrasi (shutterstock)

Dalam beberapa hal, ini mungkin bekerja dengan baik, menghambat tumor, dan memperkuat pertahanan tubuh, tetapi pada yang lain mungkin justru sebaliknya.

"Peradangan kronis adalah pemain kunci dalam pengembangan berbagai jenis kanker, termasuk kanker payudara," kata penulis pertama Tengteng Wang, yang memimpin penelitian ini.

Aspirin adalah obat anti-inflamasi nonsteroid utama yang memiliki sifat anti-inflamasi. Mengingat hal ini, bukti substansial dari penelitian laboratorium dan populasi menunjukkan bahwa mengambil aspirin dapat mengurangi risiko kanker payudara.

Ini adalah proses yang telah kita ketahui selama beberapa dekade, tetapi baru pada abad ke-21 para ilmuwan mulai menggambar hubungan yang lebih kuat antara metilasi DNA dan penyakit. Dan bagaimana obat yang diresepkan secara umum dapat berperan.

Hasil dari penelitian terhadap 1.266 pasien di Long Island Breast Cancer Study, sebanyak 476 telah meninggal yang 202 di antaranya meninggal karena kanker payudara.

Tim menemukan beberapa pasien yang menggunakan aspirin memiliki risiko kematian yang lebih rendah, tetapi hanya jika DNA mereka tidak dimetilasi di wilayah yang mengendalikan gen BRCA1.

Gen BRCA1 merupakan gen keturunan yang berkaitan erat dengan kanker payudara dan ovarium. Untuk mengetahui apakah seseorang membawa gen ini adalah dengan tes BRCA1 dan BRCA2.

 

Berita Terkait:

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini