icon-category Technology

Bagaimana Millennial Mengubah Persepsi Tempat Kerja di Masa Depan

  • 23 Feb 2018 WIB
Bagikan :

Ikhtisar

  • Dengan “kemalasannya” millennial terdorong untuk mencari solusi yang memudahkan kehidupan mereka, dan banyak orang di sekitarnya.
  • Millennial tidak lagi mendobrak batasan ruang kerja yang kaku dan hierarki dalam pengembilan keputusan perusahaan.
  • Sebagai generasi yang berpotensi membawa perubahan, millennial harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri di tempat bekerjanya, dengan pendampingan mentor, bukan sekadar bos.

Setelah generasi baby boomer dan generasi X bertahun-tahun menguasai dunia kerja, kini sebuah generasi baru hadir untuk mengubah tatanan kaku bentukan generasi sebelumnya — untuk kehidupan yang lebih baik. Generasi Y — atau yang biasa disebut millennial — adalah kelompok usia produktif yang lahir antara periode 1980 hingga 2000. Di dunia profesional sendiri, millennial terus mengalami peningkatan jumlah yang signifikan — terutama di ranah perusahaan rintisan/startup.

Diperkirakan pada tahun 2025, tiga perempat dari seluruh profesi yang ada di dunia akan diisi oleh mereka yang berasal dari generasi millennial. Pertanyaannya adalah:

Apakah bisnis dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan mereka di tempat kerja? Apa saja yang sebenarnya mereka harapkan dari tempat kerja mereka?

Pada artikel kali ini, saya akan membahas tentang beberapa hal yang akan berubah di dunia kerja ketika millennial turut berperan serta di dalam bisnis. Siapkah bisnismu menghadapi perubahan drastis yang akan hadir?


Pemanfaatan teknologi dalam peningkatan kualitas kerja

Milenial | Pemanfaatan Teknologi

Sumber: Pexels

Sebagai generasi yang besar dengan teknologi, millennial paham betul bahwa teknologi dapat membantu mereka untuk meningkatkan kualitas kerja. Dengan teknologi, setiap pekerja dapat saling terhubung tanpa terbatas ruang dan waktu — ini berkat pemanfaatan teknologi mobile yang terus berkembang pesat.

Aplikasi seperti Slack dan LINE menjadi bagian yang tidak terpisahkan di kalangan pekerja millennial Tech in Asia Indonesia. Dengan bantuan kedua tool tersebut, kami memiliki kemampuan untuk berkolaborasi satu sama lain tanpa perlu repot bertukar dokumen secara manual antar departemen yang berkaitan.

Kita juga patut berterima kasih pada “kemalasan” para millennial, karena mungkin hal tersebutlah yang memicu mereka untuk menciptakan sebuah solusi untuk menyelesaikan pekerjaan secara lebih cepat, mudah, dan hemat. Bayangkan sebuah pekerjaan yang harusnya baru selesai selama berhari-hari, kini bisa rampung dalam waktu beberapa jam saja.

Di beberapa perusahaan, proses wawancara menggunakan layanan streaming video juga sudah menjadi hal yang lumrah, karena mungkin saja perusahaan tidak memiliki waktu dan tempat yang cocok untuk melakukan wawancara. Di sisi lain, sistem seperti ini juga menjadi alternatif yang tepat guna serta hemat biaya untuk menyaring kandidat pekerja.

Tempat kerja yang lebih menyenangkan

Milenial | Tempat kerja yang menyenangkan

Sumber: Pexels

Berbeda dengan generasi sebelumnya — yang tak sabar menunggu jam lima sore untuk bergegas antre di mesin absen dan pulang — millennial tidak ingin kantor mereka terasa seperti sebuah tempat yang tidak menyenangkan. Mereka menginginkan lingkungan kerja layaknya rumah mereka sendiri — di mana mereka bisa makan, minum, bekerja, bermain, dan beristirahat sesuka hati mereka.

Millennial tahu betul bahwa mereka akan menghabiskan cukup banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Karena itu, mereka akan berusaha untuk membangun sebuah suasana kerja yang menyenangkan.

Jangan heran jika kamu melihat seorang millennial yang tiba-tiba tidur di tengah jam kerja, atau bermain video game seusai melakukan sprint dengan tim mereka. Hal ini semata-mata mereka lakukan agar produktivitas mereka tetap terjaga.

Untuk mendapatkan perhatian para millennial, kamu juga dapat menghadirkan keseruan di tempat kerja dengan berbagai fasilitas, antara lain:

  • Snack bar gratis
  • Cuti tak terbatas
  • Kesempatan untuk bekerja secara remote
  • Fasilitas gym
  • Gaming room
  • Team dinner untuk seluruh anggota tim

Tentu saja fasilitas di atas harus hadir dengan syarat dan ketentuan yang jelas agar tidak terjadi penyalahgunaan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pengembangan diri menjadi hal utama

Milenial | Pengembangan Diri

Sumber: Pexels

Bagi generasi millennial, pengembangan diri adalah salah satu hal utama yang mereka kejar di dalam sebuah organisasi. Kini semakin banyak pekerja millennial yang memilih untuk bekerja sambil kuliah atau menjalankan berbagai pelatihan dari perusahaan ketimbang hanya menghabiskan waktu mereka di kampus untuk belajar.

Sebelum nantinya para millennial ini memilih untuk berkarier, terlebih dahulu mereka akan memaksimalkan potensi diri agar yakin atas jenjang karier yang mereka ambil. Proses pengembangan diri inilah yang akan membantu para millennial untuk berproses dalam membentuk kepribadian serta kepemimpinan — yang nantinya akan berguna bagi mereka ketika akan memimpin sebuah tim atau perusahaan.

Berikan kesempatan bagi generasi Y untuk mengembangkan diri mereka di perusahaan tempat mereka bekerja.

,

Namun tidak hanya memberikan kesempatan, pelaku bisnis juga harus memberikan mereka pelatihan tentang kepemimpinan serta pengembangan diri lainnya. Juga, berikan mereka berbagai buku dan berbagai materi pembelajaran lainnya yang dapat membantu mereka untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki.

Transparansi di lingkungan kerja millennial

Milenial | Transparansi

Sumber: Pexels

Dulu, pengambilan keputusan di dalam perusahaan biasanya tidak melibatkan staf. Adapun penyebabnya adalah seseorang atau sekelompok direksi yang berada di hierarki tertinggi organisasi — dan pekerja tidak memiliki cukup otoritas untuk mengajukan keberatan atau saran lainnya. Kini, para millennial menginginkan sebuah tempat kerja yang transparan, di mana setiap hal yang terjadi di perusahaan harus mereka ketahui — termasuk juga ketika perusahaan sedang memutuskan sesuatu.

Transparansi adalah salah satu hal yang dicari oleh pada millennial dari diri pemimpin mereka — jadi tidak heran apabila transparansi adalah hal terdepan yang mereka lakukan ketika para millennial ini menjadi seorang pemimpin.

Di Tech in Asia Indonesia sendiri, transparansi adalah salah satu bagian dari kultur perusahaan. Semua karyawan, baik leader maupun team player, akan saling menyampaikan berbagai gagasan mereka di sesi khusus sharing kami yang kami namakan Coffee Hour dan Office Hour.

Lewat sesi tersebut, kami akan sama-sama menyampaikan keluh kesah serta apa saja yang dapat kami lakukan untuk mengembangkan bisnis secara bersama-sama. Selain itu, setiap keputusan yang diambil oleh perusahaan biasanya diputuskan berdasarkan data serta kebulatan suara dari tiap karyawannya. Penerapan transparansi dalam bisnis juga akan meningkatkan rasa percaya dari pekerja — karena mereka yakin telah bekerja dengan perusahaan yang memiliki integritas.

Hilangnya hierarki dari organisasi tradisional

Milenial | Say no to Hierarchy

Sumber: Pexels

Millennial membutuhkan seorang mentor, bukan bos.

,

Jadi idealnya, seorang pemimpin di sebuah perusahaan harus berfungsi layaknya seorang pelatih atau mentor, bukannya menjadi seseorang yang hanya menyuruh tanpa memberikan arahan tentang cara penyelesaiannya. Sebagai seorang mentor, pimpinan akan memandu para millennial untuk menyelesaikan pekerjaan mereka serta memaksimalkan potensi yang mereka miliki.

Pada kebanyakan perusahaan yang didominasi oleh para millennial sebagai pekerjanya, mungkin kita tidak akan menduga bahwa salah satu dari mereka adalah CEO atau pekerja C-Level lainnya. Ini karena millennial tidak terlalu peduli dengan hierarki yang ada di dalam organisasi tradisional.

Penghapusan hierarki ini sangat memudahkan para millennial untuk saling berkolaborasi tanpa perlu segan akan bekerja dengan para manajer, leader, atau pekerja yang lebih senior.

Di tempat kerja yang pekerjanya didominasi oleh kaum millennial seperti Tech in Asia Indonesia, kami bekerja dengan pekerja lainnya layaknya seorang teman — yang tidak pernah merasa canggung atau harus mengikuti instruksi tertentu yang sifatnya kaku dan mengikat.

Semua dapat berpartisipasi untuk mengambil keputusan. Setiap orang memiliki porsinya untuk membangun perusahaan secara bersama-sama. Walau begitu, struktur organisasi perusahaan tetaplah ada — hanya saja penerapannya tidak sekaku korporasi.


Kehadiran para millennial di tempat kerja membawa warna tersendiri bagi perusahaan. Bagi bisnis yang siap, millennial dapat menjadi sebuah aset tersendiri bagi perusahaan — berkat talenta serta pribadi mereka yang dinamis terhadap segala perubahan yang ada.

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; Sumber gambar: Pexels)

This post Bagaimana Millennial Mengubah Persepsi Tempat Kerja di Masa Depan appeared first on Tech in Asia.

The post Bagaimana Millennial Mengubah Persepsi Tempat Kerja di Masa Depan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Tags : millennial 

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini