Bali adalah Wilayah Muslim Friendly Tourism
Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah akan menggelar rangkaian program Familiarization Trip 2017. Setidaknya enam orang jurnalis dan selebriti media sosial Arab Saudi akan mengunjungi Indonesia selama 10 hari.
Kunjungan awak media ini dalam rangka menghadirkan citra positif pariwisata Indonesia. Beberapa kota yang akan mereka kunjungi adalah Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, dan tentunya Bali sebagai salah satu tujuan pelesiran Raja Salman bin Abdulaziz Alsaud Maret lalu.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, AA Gede Yuniartha Putra mengatakan Bali berterima kasih atas kepercayaan masyarakat global menjadi salah satu kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) asal Timur Tengah. Kunjungan Raja Salman kemarin telah menjadi viral di seluruh dunia.
"Kami berharap Familiarization Trip dari pers Arab Saudi ini bisa meningkatkan kunjungan wisman Timur Tengah, khususnya Arab Saudi ke Indonesia, terutama Bali," ujarnya kepada Republika, Selasa (4/4).
Yuniartha mengatakan Bali memang bukan wilayah mayoritas Muslim, namun tetap menarik untuk dikunjungi wisatawan Muslim. Bali menjadi Muslim Friendly Tourism, meski tidak dilabeli dengan destinasi pariwisata halal dunia.
"Kami sangat menyambut wisatawan Muslim. Ratusan restoran halal ada di Bali. Bali juga mempunyai banyak hotel berkonsep halal, tapi kami tak mengatakan Bali itu halal tourism destination. Kami menerima siapapun yang ingin datang ke Bali dan menyediakan apapun yang mereka cari," kata Yuniartha.
Kunjungan wisman asal negara-negara Timur Tengah memang masih kecil dibandingkan Cina, Australia, dan Jepang, namun grafiknya terus meningkat. Yuniartha mengatakan total kunjungan wisman Timur Tengah ke Bali 2016 di atas 40 ribu orang. Peningkatannya mencapai 59 persen dibandingkan 2015.
Pulau Dewata, kata Yuniartha mempunyai daya tarik yang disebut taksu, yaitu Keajaiban Bali (The Magic of Bali). Wisman tak akan puas hanya sekali berkunjung ke Bali. Wisman Australia bisa mendatangi pulau ini lima hingga 10 kali dalam setahun karena mereka menganggap Bali sebagai rumah kedua.