Sponsored
Home
/
Health

Benarkah Garam Bisa Menyebabkan Ketagihan?

Benarkah Garam Bisa Menyebabkan Ketagihan?
Preview
Kemal Al Fajar01 January 2017
Bagikan :

Sudah menjadi pengetahuan umum jika konsumsi garam berlebih merupakan faktor pencetus tekanan darah tinggi yang dapat berkembang menjadi penyakit jantung dan stroke. Namun kenapa masih banyak orang yang mengonsumsi garam terlalu banyak. Benarkah ini akibat kita bisa mengalami kecanduan aliasn ketagihan garam?

Berapa jumlah garam yang dibutuhkan tubuh?

Garam atau sodium diperlukan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan kadar air, mempercepat jalan impuls saraf, dan pergerakan otot. Pada umumnya, kita hanya memerlukan 500 mg garam per hari pada aktivitas normal.

Di Indonesia sendiri, batas konsumsi garam sesuai anjuran Kementerian Kesehatan adalah 2000 mg/hari atau sekitar satu sendok teh, sedangkan rekomendasi American Heart Association untuk masyarakat Amerika sekitar 2300 mg/hari. Konsumsi garam dikatakan berlebih ketika melewati kedua batas tersebut, seperti di Amerika, pada tahun 2011, rata-rata konsumsi garam mencapai 3436 mg/hari.

BACA JUGA: Waspada, 7 Makanan Ini Mengandung Garam Tinggi

Mengapa seseorang bisa ketagihan garam dan mengonsumsinya terlalu banyak?

Pada umumnya konsumsi garam berlebih bukan didasarkan karena kebutuhan tubuh, namun merupakan keinginan konsumsi makanan dengan rasa asin. Seseorang bisa ketagihan garam akibat beberapa sebab, di antaranya:

1. Efek garam terhadap otak

Garam memicu pelepasan hormon dopamine seperti efek ketagihan makanan manis, nikotin, atau minuman beralkohol. Efek ini juga tidak hanya disebabkan garam dapur ,namun juga dari makanan olahan dan yang diawetkan, sehingga dengan semakin banyak konsumsi jenis makanan tersebut akan membuat efek ketagihan semakin kuat.

2. Kebiasaan makan makanan asin

Sebagian besar orang mengangap rasa asin adalah rasa yang paling enak, dan hal ini disebabkan oleh kebiasaan makan. Garam sendiri berperan dalam mengubah rasa makanan dengan mengurangi rasa pahit yang dihasilkan dari bahan makanan. Selain itu, individu yang sudah terbiasa memakan makanan asin akan sulit terlepas dari konsumsi garam karena akan berkurang kemampuan menikmati makanan tanpa rasa asin.

BACA JUGA: MSG atau Garam Dapur: Mana yang Lebih Sehat?

3. Kondisi bawaan lahir

Menginginkan rasa asin adalah salah satu respon tubuh untuk memenuhi kebutuhan garam dan hal ini dapat terjadi saat seseorang belum dilahirkan. Salah satu penelitian (seperti yang dilansir CNN) menunjukan riwayat morning sickness pada ibu hamil akan meningkatkan kecenderungan anaknya untuk mengonsumsi makanan asin saat dilahirkan. Kondisi sering muntah saat kehamilan akan mengurangi kadar garam ibu hamil dan janinnya sehingga anak yang dilahirkan memiliki kadar sodium lebih sedikit.

4. Genetik

Faktor genetik memiliki peran bagaimana seseorang berperilaku, salah satunya adalah perilaku konsumsi. Salah satu studi (dilansir LiveScience) dengan menganalisis DNA menunjukkan, individu dengan variasi genetik TASR48 cenderung mengonsumsi garam dua kali lipat dibandingkan batas anjuran, atau mencapai sekitar 4000 mg garam per hari. Meskipun demikian, individu tetap memiliki risiko yang sama untuk mengalami tekanan darah tinggi dari konsumsi makanan asin.

5. Kondisi kejiwaan

Perilaku makan seseorang juga erat kaitannya dengan mood atau kepribadian seseorang. Makanan asin biasanya berupa keripik, fast food, makanan olahan dalam kemasan atau saus. Jenis makanan tersebut juga merupakan makanan yang sering dimakan saat seseorang megalami stress atau kondisi keinginan makan karena emosi tertentu.

BACA JUGA: 5 Manfaat Berkumur dengan Air Garam

Efek kesehatan akibat terlalu banyak konsumsi garam

Konsumsi garam berlebih akibat Anda mengalami ketagihan garam juga berbahaya bagi kesehatan, dan dapat berpotensi menimbulkan beberapa dampak, di antaranya:

  • Iritasi dinding lambung – konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan adanya kerusakan pada dinding lambung secara perlahan. Namun akan bertambah parah jika adanya infeksi bakteri pylori yang dapat inflamasi dan berpotensi meningkatkan risiko kanker lambung.
  • Kegemukan – garam berlebih dapat mengganggu metabolisme lemak sehingga tubuh menyimpan lemak lebih banyak. Beberapa jenis makanan asin seperti makanan kemasan dan fast food biasanya juga tinggi kalori yang berasal dari karbohidrat dan lemak.
  • Sleep apnea – merupakan gangguan tidur yang disebabkan tekanan darah tinggi. Berkurang kualitas juga dapat meningkatkan tekanan darah dan hal ini berlangsung seperti siklus yang memicu hipertensi.
  • Osteoporosis – kadar sodium dalam tubuh yang terlalu tinggi akan memicu hilangnya kalsium yang dapat berdampak pengkapuran tulang. Hal ini lebih mudah terjadi pada orang dewasa dan lansia terutama pada perempuan menopause.
  • Komplikasi tekanan darah tinggi – kondisi hipertensi dan tekanan darah yang tidak terkontrol akibat pola makan adalah penyebab utama berbagai penyakit lainnya seperti diabetes, dementia dan kerusakan bahkan gagal ginjal.
populerRelated Article