Berkenalan dengan Suku Sentinel, Suku Paling Terasing di Dunia
Seorang misionaris asal Amerika Serikat terbunuh karena hujaman panah yang dilepaskan suku primitif yang tinggal dan hidup di Pulau Sentinel. Misionaris yang dikenal sebagai John Allen Chau itu terbunuh saat memasuki kawasan Pulau Sentinel Utara.
Pulau Sentinel Utara didiami oleh suku primitif yang dikenal sebagai Suku Sentinel. Suku primitif ini dikenal sebagai salah satu suku yang paling terasing di dunia.Mereka adalah bukti migrasi Homo Sapiens dari Afrika Timur sekitar 70 ribu tahun yang lalu. Suku Sentinel diyakini telah menghuni Pulau Sentinel Utara selama 55 ribu tahun tanpa kontak dengan dunia luar.
Bukan hanya tidak berhubungan dengan dunia luar, Suku Sentinel sudah dikenal dunia sejak lama sebagai suku yang sangat menentang peradaban dan tidak mau berhubungan dengan orang-orang di luar pulaunya. Saking 'antinya' dengan dunia luar, Suku Sentinel tidak segan-segan memburu dan memanah siapa pun yang memasuki teritori mereka.
Sebagaimana suku primitif yang biasa kita lihat dalam tayangan layar lebar atau televisi, Suku Sentinel hidup dengan berburu atau mengumpulkan hasil hutan. Mereka juga mencari ikan di sekitar perairan yang mengelilingi pulau.
Pemukiman yang Suku Sentinel gunakan pada umumnya berupa bangunan temporer yang bentuknya menyerupai gubuk, sedangkan dalam kesehariannya, Suku Sentinel tidak menggunakan pakaian.
Para wanitanya hanya menggunakan tali serat yang diikat di pinggang, leher, dan kepala. Sedangkan para prianya mengenakan kalung, ikat kepala, dan ikat pinggang dengan serat yang lebih tebal, lengkap dengan senjata untuk melindungi diri seperti tombak, busur, dan panah.
Dilansir dari berbagai sumber, Suku Sentinel kabarnya pernah membunuh dua orang nelayan asal India pada tahun 2006 saat mereka tengah mencari kepiting. Kedua nelayan itu terbunuh ketika mereka bergerak terlalu dekat dengan pulau.
Tak hanya itu, sebelumnya Suku Sentinel juga pernah menembaki regu penyelamat pada tahun 2004 silam. Saat itu, Pemerintah India menugaskan sebuah helikopter untuk melihat kondisi penduduk setempat sekaligus membawa makanan dan obat-obatan pasca tsunami yang terjadi di Samudera Hindia.
Regu penyelamat yang dikirim langsung dari India Cost Guard itu juga bertugas memastikan Suku Sentinel masih hidup, karena suku primitif ini menjadi suku yang dilindungi oleh Pemerintah India. Namun, saat helikopter mendekati area pulau, Suku Sentinel ternyata malah menembaki mereka dengan panah.
Walau terkesan tidak ramah, sikap agresif yang ditunjukkan Suku Sentinel memberikan kelegaan bagi regu penyelamat, karena mereka selamat dari ancaman tsunami.
Meski begitu, nyatanya pada tahun 1991, sekelompok antropolog pernah berhasil berkomunikasi dengan Suku Sentinel. Mereka datang ke pulau menggunakan kapal nelayan dan memberikan hadiah pada penduduk setempat berupa kelapa sambil melambaikan tangan.
Kejadian itu juga menjadi kali pertama Suku Sentinel menghadapi pihak asing yang datang ke tempat tinggalnya tanpa membawa senjata tajam. Sayang, hubungan baik itu tidak berlangsung lama.
Setelah beberapa tahun, satu kali regu pemberi 'hadiah' disambut Suku Sentinel dengan ancaman perang berupa tembakan panah dan kapak. Suku Sentinel tersebut mencoba ´mempertahankan´ tanah mereka dengan menggunakan kapal kayu untuk menyerang.
Hingga saat ini belum diketahui pasti apa yang menyebabkan Suku Sentinel begitu menolak kehadiran pihak asing. Ada yang menyebutkan bahwa mereka merasa trauma dengan penculikan yang pernah dilakukan di kawasan mereka. Atau mungkin juga karena penyakit-penyakit asing yang mampu mengambil nyawa mereka.
Sebab, Suku Sentinel tidak memiliki tingkat ketahanan tubuh yang sama dengan manusia modern pada umumnya. Dengan kondisi imun yang berbeda, Suku Sentinel bisa meninggal walau hanya terpapar sakit flu biasa.
Kondisi itulah yang menjadi alasan bagi organisasi lokal dan Pemerintah India untuk membuat sebuah undang-undang yang melindungi Suku Sentinel.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa Pulau Sentinel Utara, Strait Island, dan Little Andaman Island yang menjadi kediaman suku primitif Sentinel, Onge, dan Great Andaman tidak boleh dikunjungi.
Begitu juga dengan sembilan pulau lainnya yang masuk ke dalam kawasan Kepulauan Nicobar. Tindakan memasuki pulau-pulau ini tanpa persetujuan pemerintah dianggap sebagai aktivitas ilegal.
Upaya itu berguna tak hanya untuk melindungi suku primitif yang bermukim dan menjaga kelangsungan hidup mereka. Tapi juga melindungi kehidupan para turis yang datang berkunjung.