Sponsored
Home
/
Entertainment

Bondan Winarno Bercita-cita Jadi Penerbang

Bondan Winarno Bercita-cita Jadi Penerbang
Preview
Yudha Manggala P Putra29 November 2017
Bagikan :

Dikenal sebagai wartawan, penulis, dan pakar kuliner, Bondan Winarno ternyata pernah punya cita-cita berbeda. Pria kelahiran Surabaya, 29 April 1950 ini pernah mengungkapkan keinginnya menjadi penerbang alias pilot.  

"Cita-cita saya sebenarnya mau jadi penerbang. Saya sudah sekolah penerbang tapi drop out. Tidak selesai karena tekanan darah saya telalu tinggi untuk menjadi seorang penerbang komersial," kata Bondan dalam wawancara dengan Republika, 2006 silam. "Tapi waktu sebentar tinggal di Amerika, saya lanjutkan, saya hobi terbang rekreasi aja."

Bondan memang pernah bekerja di Amerika selama lima tahun di Amerika. Perjalanan ke Negeri Paman Sam itu berawal  
dari keinginan anaknya yang minta disekolahkan di sana. Namun pria penyuka makanan Padang hingga  masakan Italia dan Prancis itu mengaku sulit mewujudkan itu jika masih bekerja sebagai wartawan atau profesi media.

Akhirnya, untuk mengubah nasib, Bondan bergabung dengan satu bisnis. ''Kebetulan bisnis itu menempatkan saya di Amerika. Itulah, saya bekerja lima tahun di Amerika sambil menunggu anak sekolah. Pulang, anak saya sudah selesai, saya pikir, saya bisa kembali ke pers,'' papar lulusan sekolah arsitektur di Universitas Diponegoro ini.

Bondan mengawali karier sebagai juru kamera Puspen Hankam pada awal 1970-an, dan kemudian menjadi wartawan. Ia juga menulis cerpen. Gazelle, cerpennya yang berlatar pengalamannya dalam tugas jurnalistik ke berbagai negara memenangi hadiah pertama lomba penulisan cerpen majalah Femina, 1984. Bondan juga pernah menulis laporan investigatif yang dituangkan dalam buku berjudul Bre X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi. Buku ini disebut sebagai salah satu laporan investigasi terbaik.

Ia pun penulis kolom andal. Lulus kursus Marketing and Financial Management di Jakarta, Bondan pernah secara tetap mengisi kolom yang membahas soal-soal manajemen. Pernah bekerja di perusahaan advertising dan menjadi pemimpin redaksi majalah SWA, ayah tiga anak dan kakek enam cucu ini memilih pensiun setelah terakhir menjabat pemimpin redaksi Suara Pembaruan. Saat itu usianya 54 tahun.

Selepas pensiun, Bondan fokus bergelut di bidang kuliner. Progam televisi Wisata Kuliner merupakan salah satu yang membuat namanya dikenal masyarakat Indonesia. Jargon "maknyus", yang sering dia lontarkan saat mencicipi makanan lezat, kemudian melekat hingga akhir hayatnya.

Pak Bondan, begitu ia disapa, mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Harapan Kita, Rabu (29/11) pukul 09.15 WIB. Ia meninggal disebut akibat serangan jantung. Jenazah mendiang rencananya dibawa ke rumah di Sentul City, Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/11) siang.

populerRelated Article