icon-category Film

Budaya Batak Berpadu di Film Cahaya Cinta Pesantren

  • 10 Jan 2017 WIB
Bagikan :

Selain mengangkat kehidupan pesantren, film Cahaya Cinta Pesantren juga menampilkan budaya Batak. Itulah yang membuat Tabah Penemuan akhirnya tertarik untuk ikut main dalam film tersebut berperan sebagai Bapaknya Shila.

"Karakter di sini yang harus diperhatikan. Di film ini, Batak itu banyak suku ada Mandailing dan Simalungun, Karo dan Toba. Bapak ini (Bapak Shila) orang Toba marga Silalahi. Hijrah ke Simalungun ketemu dengan boru Karo," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (9/1).

Menurut Tabah inilah yang menjadi salah satu daya tarik film ini disamping masalah pesantren.

"Yang menarik kenapa saya tertarik main film ini adalah perpaduan budaya. Sebenarnya secara harafiah Toba dan Simalungun sulit bersatu. Toba mayoritas non-Muslim. Mau nyari tempat shalat susah. Di tiga ras atau pusat kota saja. Tapi kita berbicara tentang kaidah kehidupan yang Islami sekali," ujarnya.

Selain itu, sang sutradara Raymond Hanjaya pun seorang non-Muslim. Jadi dia lebih banyak bicara pada Tabah tentang Muslim Batak.

"Perpaduan inilah hasilnya hyang diangkat. Sikap kelaki-lakian Silalahi ini jadi figur kuat. Nasihatnya yang disampaikan pada Shila untuk jadi penulis," ujarnya.

Film ini adalah kisah nyata dari penulis novelna. Ini sepeti Shila awalnya tidak berminat jadi anak pesantren yang dipaksa sama Mamaknya yang orang Karo. Dia mencari perlindungan pada bapak karena mereka dekatnya. 

"Itulah hebatnya bapak yang harus dicermati dan dicerna dalam film ini bahwa kehidupan pesanten dan latar belakang budaya. Ini pemain-pemain berbakat sungguh-sungguh mau datang duluan sebelum on air. Mondok beneran," paparnya.

Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.

Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini