Home
/
Health

Bukan Kognitif, Kecerdasan Emosi Lebih Menentukan Keberhasilan Anak

Bukan Kognitif, Kecerdasan Emosi Lebih Menentukan Keberhasilan Anak

-

Birgitta Ajeng11 December 2018
Bagikan :

(Ilustrasi/Unsplash)

Uzone.id - Banyak orang tua menganggap bahwa keberhasilan anak di masa depan ditentukan oleh kecerdasan kognitif. Namun menurut psikolog anak Ayoe Sutomo M.Psi, kedekatan emosi antara orang tua dan anak lebih menentukan keberhasilan anak.

"Penelitian menyatakan bahwa kecerdasan emosi dan spiritual memberikan kontribusi terhadap kesuksesan individu sebanyak 90 persen, sedangkan kognitif memberikan kontribusi sebesar 10 persen," ujar Ayoe dalam acara peluncuran Cadbury Dairy Milk Lickables, di Jakarta, Selasa (11/12/2018).

Ayoe menyatakan bahwa kebutuhan dasar emosi anak meliputi kebutuhan merasa aman, disayang, dan diakui. Semua itu sangat dibutuhkan anak dan didapatkan dari orang tua atau hubungan antara orang tua dan anak.

Baca: Selain Kalibiru, Ini 5 Spot Seru Menikmati Yogyakarta dari Ketinggian

Karena itu, Ayoe menyarankan orang tua untuk proaktif dalam mendukung tumbuh kembang anak, salah satunya dengan menciptakan momen kebersamaan dengan anak. Kualitas maupun kuantitas kebersamaan juga harus diperhatikan.

Artinya, orang tua perlu fokus meluangkan waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan anak. Orang tua jangan hanya mengawasi anak bermain sambil fokus pada gawai.

Dengan demikian, perkembangan anak menjadi lebih optimal, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Baca: Selain Kalibiru, Ini 5 Spot Seru Menikmati Yogyakarta dari Ketinggian

Lebih lanjut, Ayoe mengatakan, "Memiliki waktu untuk anak membuat orang tua mempunyai kedekatan emosional dengan anak. Anak pun menjadi percaya diri dan siap menghadapi tantangan di masa depan."

Karena itu, setiap hari, sebelum atau setelah kerja, orang tua perlu meluangkan waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan anak. Kalau orang tua terlalu sibuk dan tidak memiliki waktu bersama anak, emosi anak tidak terpenuhi.

"Anak tidak merasa dekat dengan orang tua, merasa tidak berharga, tidak percaya diri, memiliki kepribadian yang sulit. Padahal kepribadian yang fleksibel dapat membuat anak mampu bersaing, percaya diri, dan termotivasi." ujar Ayoe.

populerRelated Article