Cara Unik Google Ajari Netizen Kenali Email Penipuan
-
Berbagai jenis kejahatan semakin merajalela di media sosial, salah satunya penipuan untuk mencuri akun atau istilahnya phishing. Raksasa teknologi Google lewat unit Jigsaw punya cara unik untuk mengedukasi bahaya phishing pada pengguna dengan cara menyediakan kuis identifikasi email phishing.
Kuis ini menguji pengguna pada serangkaian email untuk melihat apakah mereka dapat mengetahui tanda-tanda perilaku phishing. Kuis ini didasari pada kajian dan pelatihan yang dilakukan sebelumnya dengan 10.000 jurnalis, aktivis, serta pemimpin politik terkait bahaya phishing.“Phishing adalah bentuk serangan siber yang paling umum. Satu persen dari email yang dikirim hari ini adalah upaya untuk phishing,” tulis Jigsaw, dilansir The Verge.
Google memberikan delapan contoh kasus phishing dalam soal kuis tersebut. Pengguna harus mampu mendeteksi apakah email tersebut merupakan email resmi atau email phishing.
Banyak contoh yang didasarkan pada peristiwa nyata seperti upaya phishing besar-besaran yang menyerang pengguna Google Doc pada 2017 atau email yang dikirim peretas Rusia kepada manajer kampanye Hillary Clinton pada 2016 lalu.
Setelah menyuguhkan pengguna dengan kuis, Google juga menjelaskan cara terbaik untuk mendeteksi tanda-tanda sebuah email adalah aktivitas phishing. Biasanya pelaku sering mengarahkan kursor pengguna ke Uniform Resource Locator (URL) untuk memeriksa ejaan alamat email.
Pelaku juga sering mencoba mengirim email yang memiliki URL nama-nama perusahaan seperti Google atau Dropbox. Mereka menawarkan hadiah yang tautannya mengarahkan pengguna ke tempat yang jahat alias jebakan.
Jika tertarik untuk mengikuti kuis ini kamu bisa mengunjungi laman https://phishingquiz.withgoogle.com. Jigsaw sendiri adalah proyek inkubator eksperimental yang bertujuan mengatasi masalah geopolitik yang hadir dalam ruang teknologi.
Sebelumnya, unit ini telah menghasilkan perangkat lunak pendeteksi troll, alat open source yang berfungsi membantu organisasi media untuk menyediakan jurnalis dengan Virtual Private Network (VPN) dan alat artificial intelligence (AI) yang menyaring bahasa kasar.