Catatan Mengesankan Lalu Zohri dan Rekor Lari 100 Meter Indonesia
Lalu Muhammad Zohri masih sempat tersenyum ketika sorot kamera mengarah padanya, tampak tak ada keraguan. Ia sempat menelungkupkan kedua tangan pada wajah seperti orang selesai berdoa, beberapa saat sebelum bersiaga di titik start. Ia berada di jalur delapan, melawan tujuh orang lain dari berbagai negara.
Dor! suara tanda perlombaan dimulai. Zohri mulai berlari. Beberapa meter awal posisi badannya membungkuk ke depan, sebelum berlari dengan tubuh tegak di tiga perempat lintasan sisa. Kira-kira belasan meter sebelum garis finis Zohri kembali membungkukkan badan. Pada posisi ini tujuh pelari lain sudah ada di belakangnya meski tipis betul.
Dan akhirnya Zohri jadi juara. "It's Zohri from Indonesia. Its big story in 100 meter final," kata komentator dengan nada menggebu-gebu.
Pada Rabu (11/7/2018) malam itu atlet atletik ini sukses menyabet juara satu dalam IAAF World U-20 Championships atau Kejuaraan Dunia Atletik U-20 yang diselenggarakan di Tampere, Finlandia. Ini adalah capaian terbaik atlet Indonesia setelah pada 1986 lalu hanya mampu meraih posisi ke-8.
Zohri mencatatkan waktu 10,18 detik (atau setara 1,2 meter per detik), lebih baik ketimbang juara dua dan tiga yang sama-sama dari Amerika Serikat, Anthony Schwartz (10,22 detik) dan Eric Harrison (10,22 detik).
"Saya akan berpesta malam ini!" kata Zohri setelah menang, dikutip dari situs resmi IAAF.
Zohri bukan cuma jadi yang terbaik malam itu, ia juga sukses memecahkan berbagai rekor. Ia adalah orang Indonesia pertama yang membawa emas dalam kejuaraan itu. Ia juga mengalahkan rekornya sendiri pada awal tahun lalu di Jakarta. Ketika itu Zohri mencatatkan angka 10,25 detik. Yang lebih hebat, dengan catatan waktunya tadi malam, Zohri sukses jadi atlet lari junior Indonesia tercepat sepanjang masa.
Dalam situs resmi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), pemegang rekor lari junior pria kelas 100 meter adalah Mardi Lestari, seorang atlet kelahiran Binjai, 1 Juli 1968.
Dalam pentas PON XII, 20 Oktober 1989 di Jakarta, Mardi memecahkan tiga rekor sekaligus dalam kelas 100 meter: rekor PON, nasional, dan Asia. Mardi mengukir waktu 10,20 detik. Pada tingkat Asia ia lebih cepat 0,08 detik dari pemegang rekor sebelumnya, Li Tao asal Cina.
Malam itu Mardi Lestari ditahbiskan sebagai Fastest Man in Asia. Rekor itu terus dipegangnya sampai dipecahkan Zohri, 28 tahun kemudian. Kini Zohri lah sprinter junior tercepat di Asia.
Pada tingkat dunia, Zohri merangsek di posisi ke-8 sebagai atlet junior tercepat di kelas 100 meter. Sampai sekarang rekor dunia masih dipegang Anthony Schwartz, asal Amerika Serikat, dengan catatan waktu 10,09 detik.
Bagaimana dengan kelas senior? Masih menurut situs PASI, pemegang rekor lari 100 meter senior Indonesia sampai saat ini masih dipegang Suryo Agung Wibowo. Sprinter kelahiran 8 Oktober 1983 ini memecahkannya pada gelaran SEA Games di Vientiane, Laos, 13 Desember 2009.
Capaian waktu Zohri hanya 0,01 detik lebih lambat dari Suryo. Suryo mampu mencetak waktu 10,17 detik.
Siapa Muhammad Zohri?
Lalu Muhammad Zohri berasal dari Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Ia lahir pada 1 Juli 2000. Namanya tidak dikenal luas di publik. Namun potensi anak muda ini mengesankan sebelum momen juara di Finlandia.
Pria yang akrab disapa Jonri ini pernah meraih emas dalam prakualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja Surabaya pada 2016. Pada 2017, Zohri, yang berasal dari Pemusatan Pendidikan Latihan dan Pelajar (PPLP) NTB, dikirim ke Kejuaraan The 9th Asean Schools Games di Singapura, Juli 2017.
Zohri sukses meraih perak di nomor 200 meter dengan catatan waktu 21,74 detik.
Setelah kompetisi di Finlandia, Zohri akan kembali mempersiapkan diri untuk kompetisi besar yang diselenggarakan di Asian Games 2018. Tentu saja di pundak Zohri ada harapan besar agar Indonesia mendapat emas, apalagi kelas ini bisa dibilang cukup bergengsi.
Hanya sedikit atlet Indonesia yang sukses mendapat emas di sprint 100 meter pada berbagai kompetisi, setidaknya di SEA Games dan Asian Games. Di Asian Games, satu-satunya atlet Indonesia yang pernah mendapat emas di kelas ini meter adalah Mohammad Sarengat, pada 1962.
Sementara di SEA Games capaiannya lebih baik. Emas terakhir didapat Indonesia lewat atlet bernama Franklin Ramses Burumi, asal Papua, pada 2011 lalu. Ada pula Suryo Agung Wibowo 2009 lalu, serta Mardi Lestari pada 1989, 1991, dan 1993 atau tiga kejuaraan berturut-turut. Di Olimpiade, Indonesia belum pernah dapat emas dari cabang olahraga lain selain bulu tangkis.
Baca juga artikel terkait ATLET ATLETIK atau tulisan menarik lainnya Rio Apinino