CEO Snapchat Jual Saham Perusahaan Rp682 M, Ada Apa Nih?
(Evan Spiegel/Foto: dok. YouTube Snap)
Uzone.id -- Lumayan tak terdengar kabarnya, Evan Spiegel selaku CEO Snapchat malah terungkap baru saja menjual saham perusahaan yang nilainya fantastis pada Senin (13/1).Dari data Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC), dijelaskan bahwa Spiegel telah menjual saham perusahaan senilai US$50 juta atau setara Rp682 miliar.
Lebih detailnya, SEC memaparkan saham yang dijual Spiegel tersebut terdiri dari 2.780.670 lembar dengan harga US$18 per lembar.
Mengutip Business Insider, pengajuan tersebut mencatat bahwa transaksi yang dilakukan Spiegel berada di bawah “10b5-1 trading plan”, aturan SEC yang mengizinkan si penjual saham menghindari tuduhan perdagangan orang dalam.
Baca juga: IM3 Ooredoo Jual Paket Internet Khusus untuk Snapchat
Selama ini, Spiegel diketahui memiliki 5,8% saham perusahaan Snap dan menjadikannya pemegang saham ketiga terbesar.
Belum ada penjelasan mengenai alasan mengapa Spiegel menjual sahamnya. Ada spekulasi yang mengaitkan dengan bisnis Snapchat yang kian kendor karena persaingan platform digital yang semakin sengit antara Instagram melalui fitur Stories hingga keberadaan TikTok yang semakin ‘menggila’.
Meski begitu, ini bukan pertama kali Spiegel menjual sahamnya dalam jumlah besar. Pada Februari 2018, dia juga pernah menjual saham senilai US$50 juta -- penjualan saham pertamanya sejak Snap melantai di bursa melalui skema Initial Public Offering (IPO).
Baca juga: Pilu Snapchat, Cuma Jadi Alat Pencipta Tren di Instagram
Kemudian pada akhir 2019 lalu, dia juga menjual saham sekitar US$22 juta.
Diketahui Snapchat sempat mengalami pertumbuhan. Pada Juli 2019, Snapchat dilaporkan memiliki 203 juta pengguna aktif harian berkat perubahan tampilan pada aplikasinya.
Perusahaan juga mengatakan bahwa terjadi peningkatan konsumsi data atau retensi yang menggunakan aplikasi mereka sekitar 10%.
Pun begitu dengan kinerja keuangannya. Pada pertengahan 2019, pendapatan perusahaan naik 48 persen dibanding Kuartal II pada tahun 2018 yakni US$388 juta atau Rp5,4 triliun. Sayangnya, mereka masih merugi US$255 juta atau Rp3,5 triliun.