Sponsored
Home
/
Travel

Dari Bandung, Wisata Warna ke Malang

Dari Bandung, Wisata Warna ke Malang
Preview
27 March 2017
Bagikan :

BERBICARA tentang apel tentu identik dengan sebuah kota di Jawa Timur. Ya apel adalah julukan untuk Kota Malang. Beberapa destinasi wisatanya bahkan dikenal hingga mancanegara.

Sebut saja Gunung Bromo, Gunung Semeru, dan kota wisata Batu. Namun, siapa sangka, selain wisata alam pegunungan, Malang pun memiliki keeksotikan pantainya yang belum banyak orang tahu.

Jumat 27 Januari 2017, sepulang kerja bersama seorang teman, saya bergegas menuju Stasiun Kiaracondong, Bandung. Tepat pukul 20.00, Kereta Api Ekonomi Kahuripan yang saya naiki diberangkatkan dari jalur 5. Menempuh perjalanan sekitar 14 jam, tujuan awal saya adalah Kota Kediri.

Saya sengaja tidak memilih kereta api yang langsung menuju Malang agar lebih terasa petualangannya.

Sampai di Stasiun Kediri pukul 10.00, saya berjalan menuju loket untuk membeli tiket Kereta Api Penataran tujuan Malang. Namun, apa daya, tiketnya sudah ludes. Begitu pun dengan tiket berdiri. Pilihan pun kami alihkan ke transportasi umum lain, yaitu bus.

Untuk mencari bus tujuan Malang, kita dapat mencegatnya di Jalan Hasanudin, Kediri. Dari Stasiun Kediri dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 5 menit. Menggunakan bus Bagong, perjalanan dari Kediri ke Kota Malang ditempuh selama empat jam.

Sekitar pukul 15.00, kami sampai di Terminal Landungsari Malang, kemudian dijemput teman saya yang asli orang Malang. Malam hari kami habiskan dengan beristirahat di rumah teman kami karena cukup lelah.

Menyulap kampung kumuh
Berbicara tentang wisata Malang memang tidak akan ada habisnya, selalu memunculkan hal-hal baru yang menarik minat untuk dikunjungi. Ada spot menarik baru di Kota Malang yang sedang menjadi tren di kalangan traveler.

Siapa sangka, sebuah kampung padat penduduk yang dulunya kumuh berhasil disulap menjadi  kampung yang penuh warna. Letak Kampung Warna-Warni Jodipan ini berada di bantaran Sungai Brantas di bawah jembatan kereta api.

Menurut Pak Tarin, Ketua RW 02 Kelurahan Jodipan, semua berawal dari tim mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang yang kuliah kerja nyata (KKN) di Kampung Jodipan. Tercetuslah ide membuat rumah berwarna-warni yang terinspirasi dari pemukiman penduduk di Rio de Janeiro, Brasil.

Kemudian, tim mahasiswa mencari sponsor ke perusahaan cat di Kota Malang. Setelah mendapatkan dukungan dari perusahaan cat, warga pun menyetujuinya. Seluruh biaya pengecatan merupakan dana corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan cat Indana Paint.

Selama pengecatan, selain warga dan perusahaan cat, banyak juga dukungan tenaga dari berbagai pihak. Kampung yang berdiri di lahan negara ini terdiri atas 90 rumah warga yang dicat dengan 15 warna berbeda. Mulai dari atap, dinding, tiang, hingga tangga.

Lokasi kampung tidak jauh dari Stasiun Malang Kota Baru. Spot pertama yang saya kunjungi adalah jembatan kereta api. Dari jembatan, kampung warna-warni terlihat lebih unik dengan atap dan temboknya yang berwarna warni. Sekilas saya seperti berada di Rio de Janeiro.

Untuk masuk ke Kampung Wisata Jodipan, pengunjung dikenai tiket masuk Rp 2.000. Uang dari penjualan tiket dipergunakan untuk kebersihan dan pengembangan kawasan Kampung Jodipan.

Semua rumah di kanan kiri yang saya lalui begitu unik berwarna-warni. Spot berfoto yang biasanya ramai adalah di tulisan Kampung Jodipan. Terlihat banyak pengunjung sedang berfoto.

Selain itu, dari atas jembatan jalan raya pun ada banyak wisatawan yang sedang berswafoto mengabadikan keunikan Kampung Jodipan yang berwarna warni.

Surga Tersembunyi di Pantai Sendiki

Sesuai dengan yang kami rencanakan, tujuan kami adalah menjelajah pantai-pantai indah di selatan Kota Malang. Menggunakan mobil, kami memulai perjalanan sekitar pukul 8.00. Tujuan destinasi adalah Pantai Sendiki di Desa Tambakrejo, Sumbermanjing, Kabupaten Malang. Rute yang kami lewati dari Kota Malang adalah melewati Kerebet-Turen dengan jalanannya yang berkelok.

Sampai di Sumbermanjing berarti kita sudah cukup dekat ke Pantai Sendiki. Namun, akses jalannya cukup berat. Melewati jalanan tanah liat yang becek dan berlumpur dengan membelah sawah di sekelilingnya. Tidak sedikit pengunjung yang memilih mundur kembali karena merasa tidak sanggup melewati medan yang dilalui. Tidak demikian dengan kami. Sesulit apa pun medan yang dilalui, tetap harus dilewati.

Begitu sampai di tempat parkir, kami masih harus berjalan menuruni tangga. Sekitar 5 menit berjalan, sampailah di Pantai Sendiki. Pantainya masih asri dan alami. Birunya air laut berpadu dengan pasir pantai yang berwarna putih kecokelatan.

Lokasinya yang tersembunyi membuat pantai ini layak disebut surga yang tersembunyi. Setiap sudutnya begitu memanjakan mata. Pengunjung akan dibuat betah oleh pesona pantai yang belum lama dibuka menjadi tempat wisata ini.

Pantai ini sangat cocok untuk dijadikan tempat menenangkan pikiran. Suasananya begitu tenang. Embusan angin menyapa menyejukkan tubuh. Hamparan pasir putih yang bersih membuat pikiran menjadi jernih. Birunya air laut seolah menyegarkan di tengah teriknya sinar matahari. Itulah gambaran suasana yang terasa oleh saya saat mengunjungi Pantai Sendiki.

Pantai ini memiliki ciri khas terdapat cottage kecil yang dibangun di batang pohon layaknya rumah pohon. Terdapat area berkemah yang cukup luas, sangat cocok bagi yang ingin merasakan sensasi berkemah di pinggir pantai. Berbagai aktivitas dapat dilakukan seperti bermain voli pantai, berenang, atau sekadar duduk menikmati suasana pantai.

Ombaknya cukup bersahabat, tidak terlalu besar, tapi pengunjung tetap harus berhati hati bila ingin berenang di Pantai Sendiki. Saya menyempatkan berjalan menyusuri pasir pantai yang sangat bersih.

Langkah demi langkah saya nikmati di tengah teriknya sinar matahari. Di salah satu sudut, sebelah barat pantai, terdapat sebuah batang pohon yang menjorok ke laut. Pohon ini tumbuh di pasir pantai. Inilah salah satu keunikan yang saya temukan dari berbagai keindahan di Pantai Sendiki.

Bila dibandingkan dengan pantai lain di Malang selatan, Pantai Sendiki masih terbilang baru dijadikan tempat wisata. Namun, fasilitasnya terbilang cukup lengkap, seperti toilet, musala, penjual makanan dan minuman. Semua tertata rapi dan bersih. Terdapat juga permainan anak-anak di area pantai.

Setelah puas menikmati keindahan Pantai Sendiki, kami bergegas pergi  mengunjungi surga-surga pantai lain di kawasan Malang selatan.

Bersihnya Pantai Tiga Warna

Di timur Pulau Jawa tepatnya sebelah selatan Kota Malang terdapat pantai yang sedang ramai diperbincangkan karena keunikan dan kebersihan pantainya. Dikenal dengan nama Pantai Tiga Warna, pantai ini terletak di Desa Tambak rejo, Sendang Biru, Kabupaten Malang.

Masyarakat memiliki alasan kuat memberi nama Pantai Tiga Warna karena air lautnya memang terlihat memiliki tiga warna berbeda, yaitu putih, hijau, dan biru sesuai kedalaman airnya.

Terdapat dua pilihan rute dari Kota Malang untuk sampai di Pantai Tiga Warna. Namun, yang lebih banyak digunakan adalah rute menuju Pantai Goa Cina. Memulai perjalanan dari Kota Malang, kami mengambil jalan menuju arah Gadang Turen. Kemudian mengikuti arah menuju Pantai Sandang Biru.

Setelah berjalan sekitar 2 jam, kami bertemu persimpangan menuju ke Pantai Goa Cina atau Pantai Sendang Biru.

Kami mengambil arah menuju Pantai Goa Cina. Lurus terus, tidak jauh dari sana akan menemukan persimpangan jalan. Belok ke kiri terdapat tempat pelelangan ikan (TPI). Kemudian, kami memasuki perkampungan warna lalu mengambil arah menuju ke Clungup Mangroove Conservation.

Sampai di parkiran mobil, kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Bagi pengendara sepeda motor, dapat terus melanjutkan perjalanan sampai ke Posko Pendaftaran Wisata Pantai Tiga Warna. Setiap pengunjung wajib lapor di posko pendaftaran.

Perlengkapan dan barang bawaan pengunjung akan didata oleh petugas posko. Barang dan makanan yang berpotensi menjadi sampah menjadi sasaran utama pendataan.

Menurut seorang petugas posko, mereka mendata potensi sampah yang dibawa pengunjung. Barang dan makanan yang dibawa ketika mendaftar, didata ulang ketika pengunjung kembali. Bagi pengunjung yang kedapatan datanya berbeda akan ditindak tegas dengan harus mencari dan membawa kembali barang bawaannya atau dikenai sanksi lanjutan denda Rp 100.000 per sampah.

Setiap pengunjung yang ke Pantai Tiga Warna wajib ditemani seorang pemandu dengan maksimal tim 10 orang. Ketika itu, saya ditemani oleh pemandu bernama Bapak Sholeh.

Saya memulai perjalanan dengan melewati jalan setapak yang membelah hutan mangrove. Sekitar 30 menit dari posko, kami sampai di sebuah pantai yang menawan, Pantai Gatra. Pantai ini merupakan daya tarik lain dari jalur menuju Pantai Tiga Warna.

Bermain kano

Di sela-sela perjalanan, kami beristirahat sejenak menikmati keindahan Pantai Gatra. Sejauh mata memandang, pantai ini menyimpan banyak potensi keindahan. Pasirnya yang halus bersih berwarna kecokelatan dengan air lautnya yang jernih berwarna hijau kebiruan merupakan daya tarik tersendiri.

Aktivitas utama di pantai ini adalah bermain perahu kano. Harga sewa kano Rp 25.000, sudah termasuk pengaman berupa helm dan pelampung. Kita dapat merasakan sensasi bermain kano di lautan dangkal Pantai Gatra. Bentuk dari pantai yang tidak menghadap langsung ke laut lepas membuat pengunjung lebih leluasa untuk beraktivitas di perairannya, termasuk berenang.

Cuaca yang sedang panas terik membuat saya tergoda untuk berenang sejenak. Rasa gerah pun hilang sejenak. Menurut Mas Sholeh, kano-kano tersebut merupakan sumbangan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Sebanyak 11 unit perahu kano itu bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat Sendang Biru.

Setelah puas berenang dan berfoto, kami melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak yang becek. Tiga puluh menit kemudian kami sampai di tujuan utama, yaitu Pantai Tiga Warna.

Rasa lelah setelah berjalan menyusuri jalan setapak selama kurang lebih satu jam, seketika hilang begitu menginjakkan kaki di pantai yang sangat cantik ini. Sesuai dengan namanya, air lautnya memiliki tiga warna, putih, hijau, dan biru. Pasirnya halus berwarna putih bersih. Tidak terlihat sampah sedikit pun di pantai ini. Kebersihannya sangat terjaga. Setiap sudutnya begitu menggoda saya untuk diabadikan dalam bentuk foto. Keindahannya membuat pikiran tenang karena takjub akan pesona panorama alamnya.

Dari atas bukit karang, keindahan panorama alam Pantai Tiga Warna semakin menakjubkan. Hamparan pasir putih dan ketiga warna air lautnya seperti menyihir, membuat saya betah dan nyaman. Air lautnya yang relatif tenang dengan ombaknya yang tidak besar membuat pengunjung dapat melakukan snorkeling.

Alat snorkeling dapat kita sewa seharga Rp 20.000. Pengunjung pun dapat berenang, tetapi tidak diperkenankan melakukan aktivitas diving di pantai yang baru dibuka setahun yang lalu ini.

Menurut Pak Sholeh, Pantai Tiga Warna itu semula adalah kawasan konservasi. Kawasan itu mulai diresmikan menjadi tempat wisata sejak September 2016 dengan membentuk yayasan. Berangkat dari Powasmas (Kelompok Pengawas Masyarakat) yang didirikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang kemudian berkembang menjadi Yayasan Bhakti Alam. Yayasan tersebut merupakan pengelola wisata kawasan Pantai Tiga Warna. 

Pada mulanya, dengan bermodalkan semangat, masyarakat mulai menata kawasan ini. Awalnya mencanangkan program dengan mewajibkan setiap pengunjung mendonasikan satu bibit pohon mangrove seharga Rp 5.000 yang ditanam langsung.

”Namun, program itu ditolak oleh Perhutani selaku pemilik kawasan. Alasannya, warga tidak boleh mengelola donasi padahal tujuannya untuk pelestarian alam,” ujar Pak Sholeh.

Akhirnya disepakati menjadi sistem tiket seperti sekarang. Harga tiket yang dipatok bagi setiap pengunjung adalah Rp 10.000 yang dikelola langsung oleh Perhutani. Sedangkan masyarakat melalui Yayasana Bhakti Alam mengelola pendapatan dari jasa pemandu, Rp 50.000 untuk guide dan Rp 50.000 untuk yayasan yang digunakan untuk pemulihan alam dan pengelolaan wisata.

”Melalui Yayasan Bhakti Alam, masyarakat membentuk CMC (Clungcup Mangroove Conservation). Masyarakat tidak hanya mengelola wisata tapi ekowisata, untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat,” kata Pak Sholeh.

Menurut dia, manajemen Yayasan Bhakti Alam sangat tegas terhadap sampah. Pengelola sengaja tidak menyediakan tempat sampah di sepanjang jalur tujuannya agar semua barang bawaan dibawa kembali pengunjung sesuai yang telah didata. Hal itu untuk mengedukasi pengunjung akan kesadaran terhadap sampah.

Selain itu, pengunjung dibatasi, maksimal 600 pengunjung setiap hari, yang dibagi menjadi tiga kloter. Kloter pertama berangkat pukul 5.00-7.00. Kloter kedua pukul 10.00-1200. Kloter terakhir pukul 15.00-17.00. Malam hari tidak diperbolehkan ada aktivitas apa pun di Pantai tiga warna. Sebelum Maghrib petugas harus memastikan sudah tidak ada lagi pengunjung di pantai.

Pak Sholeh menuturkan harapannya agar pemerintah daerah mau memberikan bantuan dalam bentuk dana untuk akses pengembangan kawasan wisata. Saat ini, akses yang dilalui berupa jalan setapak yang menjadi becek saat turun hujan. Dengan bantuan dari pemerintah, pengelola dapat memperbaiki jalur dengan paving block.

Menjelang senja cuaca sedikit mendung. Kami bergegas kembali untuk pulang. Sesampainya di posko pendaftaran, barang bawaan kami didata kembali oleh petugas. Setelah sesuai, kami pun diperbolehkan meninggalkan posko. (Nabil Ismail)***

Tips Backpacker ke Malang
1. Terdapat beberapa alternatif untuk sampai di Malang. Bila ingin hemat kita dapat menggunakan Kereta Api Kahuripan tujuan Kediri disambung dengan Kereta Api Penataran tujuan Malang.
2. Beberapa destinasi wisata di Malang tidak dijangkau angkutan umum. Alangkah baiknya menyewa sepeda motor atau mobil.
3. Musim hujan membuat medan menuju destinasi wisata lebih berat. Persiapkan fisik dan mental yang baik karena lokasinya sedikit tersembunyi.
4. Pastikan kendaraan yang digunakan dalam kondisi baik.
5. Persiapkan jas hujan karena sekarang sering hujan.
6. Siapkan P3K dan obat obatan pribadi karena di beberapa destinasi cukup jauh dari pemukiman warga dan rumah sakit.
7. Jika berkunjung ke Kampung Warna-Warni Jodipan tidak disarankan berfoto naik ke jembatan kereta api karena berbahaya sewaktu-waktu kereta api melintas.

Estimasi Biaya Transportasi dan Akomodasi
1. Tiket Kereta Api Kahuripan (Kiaracondong-Malang) Rp 84.000.
2. Tiket Bus Bagong (Kediri Malang) Rp 23.000.
3. Penginapan di Malang 2 malam @ Rp 100.000 (dibagi 2) Rp 100.000.
4. Bensin Mobil (pakai mobil Teman) Rp 150.000.
5. Tiket masuk Kampung Warna-Warni Jodipan Rp  2.000.
6. Tiket Masuk Pantai Sendiki Rp 5.000.
7. Parkir di Pantai Sendiki Rp 15.000.
8. Tiket Masuk Kawasan Pantai Tiga Warna Rp 10.000.
9. Jasa Pemandu Pantai Tiga Warna (Rp 100.000/2) Rp 50.000.
10. Parkir di Pantai Tiga Warna Rp 15.000.
11. Tiket Kereta Api Penataran (Malang-Kediri) Rp 15.000.
12. Tiket Kereta Api Kahuripan (Kediri-Kiaracondong) Rp 84.000.

Total Estimasi Biaya Backpacker Malang Rp 553.000.

populerRelated Article