Meski Puasa, Pemudik Asal Kebumen Pilih Bersepeda dari Jakarta
Salikun, 53 tahun, pria asal Kebumen yang mudik dengan sepeda dari Jakarta. (Foto: Reza Abineri/Panturapost.id)
BREBES - Mudik, memang menjadi momen bagi seseorang untuk bertemu dengan keluarga di kampung. Hanya untuk mencurahkan rasa rindu, seseorang rela menggunakan mobil atau motor dengan menempuh ratusan kilometer jauhnya. Pemudik Asal Kebumen yang Bersepeda dari JakartaNamun lain halnya yang dilakukan oleh Salikun (53). Panturapost.id yang tak sengaja bertemu di jalan, mendapat kesempatan untuk mewawancarainya. "Bentar mas, saya tak berbuka puasa dahulu ya," ujar dia singkat.
Dalam wawancara itu, diketahui dirinya rela mudik dengan menempuh jarak ratusan kilometer. Tujuannya tidak lain hanya sekadar bertemu keluarganya di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
"Iya karena ingin kumpul dengan keluarga. Memang kalau dipikir-pikir sudah ratusan kilometer jarak yang ditempuh," katanya, Rabu (14/6) malam.
Sambil membuka makanan, ia menunjukkan beberapa barang yang dibawanya. Dengan dilengkapi lampu di helemnya, ia membawa peralatan mandi, pakaian, satu ban dalam, bahkan satu kompor kecil juga dibawanya.
Dia membeberkan, dirinya berangkat, sudah sejak 3 hari atau Senin (11/6) yang lalu. Diawali dari Jakarta, Salikun berangkat bersama 11 teman lainnya.
"Berangkatnya Senin sore bareng 11 teman lainnya. Dilepas oleh Polisi Unit Lalu Lintas," ujar dia.
Selama perjalanan, bapak dua anak ini sudah beristirahat selama tiga kali. Terakhir dia istirahat di Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
"Awal istirahatnya di Karawang. Tadi pas di Tonjong pada minta foto sama petugas di posko. Sempat ngobrol lama di situ," tuturnya.
Sepanjang itu, ternyata Salikun masih berpuasa. Menurutnya, mudik dengan sepeda saat momen puasa tidak menjadi kendala.
"Jangan karena bersepeda saat puasa jadi batal. Justru harus semangat karena merupakan sebuah ibadah," tegasnya.
Padahal, rute yang ditempuhnya yakni dari Jakarta Timur-Bekasi-Karawang-Indramayu-Cirebon-Brebes. Selama menempuh perjalanan, beberapa kali disapa oleh para pemudik yang lainnya.
"Seringnya menanyakan tujuan. Karena yang melihatnya mungkin unik juga kali yah?," katanya sambil ketawa.
Dia mengaku, cara mudik dengan sepeda sudah ia lakukan sejak 2012 silam. Ketika itu, karena alasan khawatir, keluarganya sempat melarangnya.
Salikun, 53 tahun, pria asal Kebumen yang mudik dengan sepeda dari Jakarta. (Foto: Reza Abineri/Panturapost.id)
"Sempat istri khawatir, takut ada apa-apa di jalan. Tetapi setelah dijelaskan bahwa mudik pakai sepeda ini aman, akhirnya diperbolehkan," ungkapnya.
Selain itu, mudik dengan sepeda juga dibantu dengan aplikasi Lacking di handphone androidnya. Dalam aplikasi itu juga terdapat konten posko-posko yang dapat digunakan untuk beristirahat.
"Aplikasinya mirip Google Maps. Ada daftar beberapa posko, karena dibantu jaringan kepolisian," jelasnya.
Pria berperawakan kurus ini juga menceritakan komunitasnya yang bernama Federal Komunitas Pecinta Sepeda (Fedkonsep). Sebuah komunitas sepeda touring yang diresmikan pada 2014.
"Komunitas ini memang fokus untuk touring. Sehingga selain saat mudik pun, kerap berkeliling ke berbagai tempat," ujar pria asal Bekasi ini.
Sebenarnya, keluarganya lebih awal mudik satu hari sebelumnya atau Minggu (10/6). Dengan menggunakan bus, istri dan kedua anaknya juga kerap menanyakan kabar lewat pesan WhatsApp.
"Istri sama anak selalu kontak lewat WA. Karena mereka sudah sampai sejak selasa lalu," tambah dia.
Namun justru kini, seluruh anaknya hobi menggunakan sepeda. "Kedua anak saya kalau berangkat sekolah naik sepeda semua. Bahkan anak kedua punya sepeda yang tanpa menggunakan rem," ucapnya.
Meski sudah pukul 23.01 WIB, Salikun teguh mengayuhkan sepedanya. Baginya, waktu tidak terlalu dipikirkan. Yang terpenting adalah keselamatan di jalan.
"Nggak terburu-buru sih, kalau capek ya istirahat. Sehari lagi lah. Tapi semoga dapat sampai besok sore," pungkasnya.
Reporter: Reza Abineri
Editor: Muhammad Irsyam Faiz