Dendam, Iran Larang LG dan Samsung Jualan
Anggota Parlemen Alireza Salimi (Foto: Tehran News)
Uzone.id - Iran dikabarkan akan melarang penjualan LG dan Samsung di tanah airnya. Hal ini dilakukan karena kedua perusahaan itu dianggap tidak berpihak pada negara tersebut dan malah menghindar, ikut boikot yang dilakukan Amerika."Kabar yang kami dengar, Samsung dan LG berniat untuk kembali (berjualan) di Iran dengan kondisi yang sangat aneh," kata Alireza Salimi, seorang anggota parlemen Iran saat membuka pertemuan, seperti dikutip dari Mehr News, Selasa, 7 September 2021.
Dia melanjutkan, "ketika negara membutuhkan Samsung dan LG, mereka malah meninggalkan Iran". Oleh karena itu, kata dia, sebaiknya Iran tak lagi menerima produk-produk dari negara Korea Selatan untuk masuk ke Iran. Apalagi diketahui jika Korea Selatan tidak mau menerima transaksi menggunakan mata uang Iran karena mendukung boikot yang diciptakan Amerika.
Baca juga: Jerman Dorong Usia Ponsel Sampai 7 Tahun Saja
Diketahui, saat ini Iran sedang membangun dan memproduksi perangkat elektronik lokal, khususnya home appliance atau peralatan rumah tangga. Oleh karena itu, mereka menganggap jika ada baiknya jika pemerintah lebih mendukung produk lokal ketimbang memasukkan kembali perusahaan yang 'berkhianat'.
"Pemerintah harus mencatat bahwa perusahaan seperti Samsung dan LG, yang mengkhianati Iran, tidak boleh diizinkan untuk kembali ke Iran," kata Salimi.
Dalam data yang dipaparkannya, saat ini ada 500 pabrik peralatan rumah tangga di negara itu. Dari angka tersebut produksi peralatan rumah tangga lokal mencapai 19 juta unit.
Baca juga: Realme Book, Laptop Layar 2K Seharga Rp11 Juta
Ketua Parlemen Ghalibaf memuji rencana tersebut. Bahkan hasil produksi peralatan rumah tangga asal Iran mendapatkan pujian yang cukup banyak.
"Negara telah mengambil langkah besar, terutama di bidang industri peralatan rumah tangga. Dari segi kuantitas dan kualitas, pemerintah dan parlemen tidak akan pernah membiarkan melemahnya produksi dalam negeri karena kualitas tinggi produk Iran," ujarnya.