Deretan Teknologi yang Mengubah Cara Kerja Perbankan
Kapan terakhir kamu mendatangi bank untuk menyetor uang atau sekadar mengecek saldo terakhir kamu? Seminggu terakhir? Jika tidak, berarti kamu mungkin adalah generasi Y dan millennial yang sudah terbiasa menggunakan teknologi perbankan.
Teknologi telah mengambil peranan besar di segala aspek kehidupan manusia. Dari cara kita bekerja, hingga cara kita menghabiskan waktu untuk bersenang senang, teknologi telah mengubah segalanya — termasuk cara manusia untuk melakukan aktivitas perbankan mereka.
Dengan bantuan teknologi perbankan, kini nasabah bank tidak perlu lagi bertatap muka dengan teller untuk menyetorkan uang, mengecek saldo, atau melakukan transfer antar bank. Hampir semua aktivitas perbankan dapat mereka lakukan di telapak tangan mereka dengan smartphone.
Bahkan, semakin hari, jenis aktivitas perbankan menjadi semakin kompleks, yang menuntut dunia perbankan untuk terus berkembang. Bukan tidak mungkin di masa depan jumlah bank fisik akan berkurang atau hilang sama sekali, karena seluruh transaksi dapat dilakukan via internet atau elektronik.Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang beberapa teknologi perbankan yang berperan serta untuk mengamankan serta mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi mereka.
ATM
Pernahkah kamu membayangkan bahwa kamu harus hidup tanpa ATM, di mana kamu harus mendatangi bank untuk sekadar menarik uang ketika kamu membutuhkannya? Untungnya, sekitar tahun 50 hingga 60-an, ATM berhasil diciptakan. Awalnya mesin ATM tidak mendapatkan respons yang baik dari khalayak ramai. Tetapi, seiring berjalannya waktu, tidak ada yang tahan mengantre hingga berjam-jam di depan teller hanya untuk mengambil sejumlah kecil uang. Era 80-an adalah masa di mana ATM mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat.
Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri adalah salah satu temuan terbesar yang pernah ada di sejarah perbankan. ATM merevolusi perbankan, yang mulanya mengharuskan nasabah datang dan bertatap muka dengan teller untuk menarik uang menjadi lebih cepat dan mudah dengan bantuan mesin. Awalnya, ATM menggunakan microcontroller khusus dengan arsitektur tersendiri yang mengamankan data yang diproses. Kini, dengan semakin murahnya perangkat keras, ATM mulai mengadopsi arsitektur perangkat keras dari PC (Personal Computer) dan beralih dari teknologi microcontroller.
Di Indonesia, umumnya ATM dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai, penyetoran tunai, pembayaran tagihan-tagihan, membeli pulsa, dan transfer tunai (sesama atau antar bank). Sementara beberapa ATM khusus dapat mencetak buku tabungan, mengisi saldo dompet elektronik, hingga menarik uang dengan bantuan ponsel. Bahkan, untuk lebih mempermudah nasabah, mesin ATM kini ditempatkan di lokasi-lokasi dengan akses yang mudah.
Jadi, siapa yang menurutmu lebih menarik, petugas teller cantik dengan senyum hangat mereka, atau mesin ATM yang selalu ada untuk ada dimana saja dan kapan saja?
Mobile Banking dan Internet Banking
Menurut Statista, pengguna smartphone hingga tahun 2017 telah mencapai 2,3 miliar pengguna, dan diperkirakan pada tahun 2020 angka ini akan terus meningkat hingga 2,9 miliar pengguna. Ini berarti lebih dari tiga puluh persen penduduk dunia telah menggunakan smartphone di keseharian mereka.
Dengan mendekatkan teknologi perbankan ke nasabah melalui teknologi mobile banking, nasabah akan mendapatkan kemudahan bertransaksi. Selain itu, mobile banking juga mengambil peranan untuk memperluas jaringan perbankan. Kini nasabah tidak perlu lagi repot-repot untuk mencari ATM demi keperluan transfer. Semua keperluan mereka kini sudah ada di genggaman.
Selain keperluan transaksi, mobile banking juga akan mempermudah pelanggan untuk melakukan pengecekan saldo, pengiriman uang, dan bahkan mendapatkan informasi seputar produk-produk perbankan yang ditawarkan kepada mereka.
Teknologi perbankan lainnya adalah online banking (internet banking), di mana seluruh transaksi yang ada dilakukan melalui internet dengan sistem keamanan yang lebih mutakhir — walau dengan celah keamanan yang lebih banyak juga. Sayangnya, belum semua daerah di Indonesia dapat menikmati layanan internet banking dikarenakan konektivitas internet yang belum merata, terutama di daerah-daerah terpencil. Di sinilah mobile banking mengambil peranan dengan aplikasi perbankan yang dapat diakses via SMS atau aplikasi dalam SIM toolkit (STK) yang disertakan.
Terlepas dari segala kekurangannya, baik mobile banking maupun online banking adalah sebuah teknologi yang sangat krusial bagi bank untuk dapat mengembangkan jaringan mereka ke seluruh pelosok negeri.
Autentikasi multi faktor dalam teknologi perbankan
Dulu, bermodalkan nama pengguna dan kata sandi saja sudah cukup untuk melakukan autentikasi. Tetapi kini, dengan semakin maraknya kejahatan di ranah digital, dibutuhkan sebuah metode autentikasi yang akan mengamankan aktifitas perbankan nasabah, baik secara tradisional maupun secara mobile atau online. Autentikasi multi faktor menggunakan beberapa cara untuk meyakinkan sistem bahwa nasabahlah yang berhak untuk mengakses.
Seperti yang tertulis pada buku Cryptography and Network Security oleh WIlliam Stallings, beberapa faktor yang biasanya digunakan oleh sistem untuk melakukan verifikasi pengguna antara lain:
- Something You Know: Autentikasi ini memanfaatkan sesuatu yang diketahui pengguna. Contoh paling simpel adalah kata sandi atau PIN.
- Something You Have: Autentikasi ini akan memanfaatkan sebuah benda atau barang yang dimiliki pengguna. Benda ini bisa berbentuk magnetic card, stiker NFC, atau benda lainnya yang memiliki informasi unik di dalamnya.
- Something You Are: Metode autentikasi ini akan melibatkan keunikan pengguna sebagai salah satu faktornya. Salah satu contohnya adalah pemindai biometrik. Perangkat tersebut akan memindai faktor biologis pengguna, seperti sidik jari atau retina mata.
- Something You Do: Faktor autentikasi ini akan meminta pengguna untuk melakukan sebuah atau sederetan instruksi untuk meyakinkan bahwa pengguna bukanlah sebuah bot atau kode komputer.
Beberapa faktor di atas dapat digunakan salah satu atau digunakan secara bersamaan, tergantung kepada kebutuhan sistem. Semakin banyak faktor yang digunakan, semakin aman sebuah sistem. Hanya saja, yang diterapkan di sisi nasabah kebanyakan hanya autentikasi dua faktor saja — bisa antara magnetic card dengan PIN seperti pada ATM, atau PIN dengan token OTP (One-Time Password) seperti pada mobile banking/online banking.
Dompet Elektronik (e-wallet)
Walau masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat, keberadaan uang fisik semakin hari semakin dirasa merepotkan. Bayangkan ketika kamu akan pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli laptop. Jika harga laptop tersebut 10 juta rupiah, kamu harus membawa uang tunai pecahan seratus ribu sebanyak seratus lembar. Cukup merepotkan bukan?
Inilah yang menjadikan dompet elektronik sebagai salah satu teknologi yang akan sangat membantu masyarakat dalam bertransaksi. Walau teknologi ini tidak diinisiasi oleh industri perbankan, tetapi e-wallet biasanya berkaitan dengan aktivitas perbankan — ketika menggunakan rekening untuk melakukan topup.
Salah satu contoh e-wallet yang paling terkenal adalah PayPal, yang masih menjadi solusi paling dipercaya oleh para penggunanya untuk bertransaksi secara online. Di Indonesia sendiri, e-wallet telah cukup umum digunakan oleh sebagian masyarakat. Penggunaan e-wallet yang umum di Indonesia antara lain sebagai salah satu metode pembayaran di toko fisik maupun online, sebagai pembayaran tiket kereta dan bus juga gerbang tol.
Selain membuat setiap transaksi penggunanya lebih praktis, keamanan e-wallet juga terbilang jauh lebih aman dibandingkan dengan kartu debit dan kartu kredit. Apabila hilang, nominal uang yang hilang hanya sebatas yang kamu setorkan saja. Berbeda dengan kartu kredit, yang jika jatuh di tangan orang yang salah dapat dikuras hingga limit kartu habis. Kartu debit juga rentan terhadap tindak kejahatan skimming, dimana pemindai pita magnetik yang ilegal dapat menyimpan data nasabah dari kartu debit.
Kartu debit dengan cip
Seperti yang pada bagian sebelumnya saya bahas, belakangan ini tindak kejahatan skimming cukup marak terjadi di Indonesia. Potensi terjadinya skimming ini ada di mana-mana, mulai dari tindakan pemilik bisnis “nakal”, hingga oknum tidak bertanggung jawab yang memasang pemindai di mesin ATM.
Hal ini membuat Bank Indonesia sebagai otoritas tertinggi perbankan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.16/1/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi identitas konsumen adalah dengan mengganti teknologi lama pita magnetik dengan cip yang lebih mutakhir.
Sebagai bank yang peduli akan keamanan dan kenyamanan nasabah mereka dalam bertransaksi, PermataBank adalah salah satu dari beberapa bank yang akan mengubah kartu debit konvensional mereka menjadi kartu debit dengan cip. Kartu debit terbaru mereka, PermataDebit PLUS, diharapkan menjadi sebuah solusi transaksional yang akan memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi di manapun dan kapanpun tanpa perlu khawatir akan keamanan data mereka.
PermataDebit PLUS yang sudah berbasis VISA memungkinkan transaksi pada semua merchant yang menerima pembayaran VISA, tidak hanya secara offline, melainkan juga transaksi secara online. Untuk dukungan keamanan dalam transaksi online, nasabah akan mendapatkan kode OTP yang digunakan sebagai verifikasi akhir transaksi online pada semua merchant berlogo “Verified by VISA”. Hal ini memungkinkan pengguna PermataDebit PLUS untuk bertransaksi di e-commerce, toko aplikasi seperti AppStore dan Google Play, maupun jasa online lainnya seperti Uber dan Grab. Ini akan semakin mempermudah nasabah untuk melakukan transaksi apapun yang mereka inginkan dengan aman dan nyaman.
Perkembangan teknologi perbankan tidak hanya berhenti sampai di sini. Masih banyak pengembangan lain yang sudah pasti menarik untuk di simak. Bukan tidak mungkin nantinya akan ada bank resmi yang hanya mengurusi cryptocurrency seperti bitcoin dalam bisnis mereka.
Cara bank memanfaatkan teknologi untuk menghadirkan inovasi yang mempermudah nasabahnya bertransaksi inilah yang mungkin akan menarik kembali animo generasi Y dan millenial yang sempat jenuh dengan perbankan konvensional. Kita simak saja transformasi perbankan berikutnya dengan hadirnya teknologi-teknologi baru lainnya.
PermataBank telah berkembang menjadi sebuah bank swasta utama yang menawarkan produk dan jasa yang inovatif serta komprehensif. PermataBank memiliki visi menjadi Pelopor dalam memberikan solusi finansial yang inovatif.
Pengakuan terkini atas pencapaian PermataBank adalah SME Banking terbaik dan Proyek CRM terbaik dari The Asian Bankers, Indonesia Record Business untuk PermataKTA Speed dan 9 Awards dari AsiaMoney 2015 Award sebagai the Best Overall Domestic Cash Management Services untuk kategori Small/Medium size.
Untuk informasi lebih lanjut terkait PermataBank tersedia melalui situs resminya.
The post Deretan Teknologi yang Mengubah Cara Perbankan Bekerja appeared first on Tech in Asia Indonesia.